Stres Akibat Pandemi Corona, Ahli Sebut Kasus Sindrom Patah Hati Semakin Meningkat

- 12 Juli 2020, 20:31 WIB
ILUSTRASI patah hati.*
ILUSTRASI patah hati.* /Pexels/ Burak Kostak/Pexels

PR DEPOK - Ahli jantung di Ohio, Amerika Serikat telah menemukan fakta bahwa pandemi virus corona berkaitan dengan laporan peningkatan kasus kardiomiopati Takotsubo atau sindrom patah hati.

Menurutnya studi terbaru, kasus sindrom patah hati itu meningkat empat hingga lima kali lipat selama pandemi Covid-19 dibandingkan ketika pra-pandemi.

Sindrom patah hati sendiri biasanya disebabkan oleh tekanan fisik atau emosional yang ekstrem dan dapat menyebabkan kondisi jantung tiba-tiba melemah.

Baca Juga: Kabar Gembira, Kemenag Izinkan Madrasah yang Ada di Zona Hijau Kembali Belajar Tatap Muka

Dikutip oleh Pikiranrakyat-depok.com dari laporan Live Science, gejala dari sindrom patah hati itu bisa serupa dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada dan sesak napas.

Penyebab sindrom patah hati ini tidak diketahui, namun dapat diperkirakan bahwa stres secara fisik atau emosional dapat menyebabkan hormon stres yang sementara waktu bisa mengurangi kemampuan jantung untuk memompa secara normal.

"Pandemi telah menyebabkan berbagai tingkat stres dalam kehidupan manusia di seluruh negara dan dunia," kata dr Ankur Kalra, seorang ahli jantung dari Klinik Cleveland di Bagian Kardiolog.

Baca Juga: Akan Melakukan Perjalanan di Era New Normal? Berikut Rekomendasi Camilan Sehat untuk Bekal Traveling

"Orang-orang saat ini tidak hanya khawatir ia atau keluarganya jatuh sakit, mereka juga harus berhadapan dengan masalah ekonomi, emosi, sosial, dan potensi kesepian serta isolasi," ujar dr Kalra.

Dalam studi terbaru, Kalra dan timnya menganalisis data dari 258 pasien yang datang ke Klinik Cleveland dan Akron General Klinik Cleveland dengan sindrom koroner akut (ACS) selama 1 Maret dan 30 April.

Halaman:

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x