Referendum yang Digelar Rusia di Sebagian Dianggap Penuh Tekanan

- 28 September 2022, 11:00 WIB
 Ketua Komisi Pemilihan Vladimir Vysotsky mengumumkan hasil awal referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk (DPR) ke Rusia, selama konferensi pers di Donetsk, Ukraina 27 September 2022.
Ketua Komisi Pemilihan Vladimir Vysotsky mengumumkan hasil awal referendum tentang bergabungnya Republik Rakyat Donetsk (DPR) ke Rusia, selama konferensi pers di Donetsk, Ukraina 27 September 2022. /REUTERS/Alexander Ermochenko

PR DEPOK – Referendum yang digelar untuk meresmikan bergabungnya beberapa wilayah di Ukraina ke Rusia dianggap penuh tekanan.

Referendum tersebut dianggap terlalu tergesa–gesa dan mengesampingkan kebebasan hingga keadilan.

Namun, pihak Rusia membantahnya dengan mengatakan referendum yang dilakukan sudah transparan dan menjunjung tinggi norma-norma pemilihan.

Baca Juga: Seolah Tepis Isu Kudeta di China, Xi Jinping Muncul di TV Pemerintah

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Straits Times, Duta Besar AS untuk PBB mengatakan bahwa Amerika Serikat akan memperkenalkan resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengutuk referendum Rusia di wilayah pendudukan Ukraina.

Sementara itu, utusan Linda Thomas-Greenfield pada pertemuan Dewan Resolusi itu mengatakan, resolusi akan diperkenalkan bersama dengan Albania dan meminta negara-negara anggota untuk tidak mengakui perubahan status Ukraina dan juga mewajibkan Rusia untuk menarik pasukannya.

Jika menerima referensi palsu Rusia, dia akan membuka kotak pandora yang tidak bisa ditutup lagi.

Baca Juga: Empat Buku Diluncurkan di Momen Syukuran Milad, Arief Rosyid: Kita Berjemaah untuk Indonesia Maju

Seorang pejabat AS mengatakan, Amerika Serikat sedang bekerja dengan cepat untuk memperkenalkan sebuah resolusi, tanpa memberi rincian itu akan menjadi resmi.

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima

Sumber: Strait Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x