Berhasil Lakukan Penelitian, Para Ilmuwan Ubah Puncak Gunung Everest Jadi Laboratorium Iklim

- 17 Juni 2020, 17:41 WIB
Klimatolog Mariusz Potocki menggunakan bor khusus untuk mengambil sampel inti es di ketinggian 26.312 kaki di Kol South Everest
Klimatolog Mariusz Potocki menggunakan bor khusus untuk mengambil sampel inti es di ketinggian 26.312 kaki di Kol South Everest /National Geographic

PR DEPOK - Akhir musim semi biasanya merupakan waktu yang tepat untuk pendakian tahunan Gunung Everest tetapi tahun ini karena virus corona atau Covid-19, gunung itu sangat lengang.

Nepal melarang semua ekspedisi di setiap jalurnya. Tiongkok melarang pendaki asing tetapi mengizinkan warganya untuk mendaki dari sisi Tibet, termasuk tim surveyor yang berusaha mengukur ketinggian gunung setelah gempa bumi 2015.

Tetapi, sementara sebagian besar dunia pendakian memilih untuk tidak datang ke Everest sekelompok ilmuwan di laboratorium tersebar di Eropa, AS, dan Nepal telah bekerja di gunung tersebut.

Baca Juga: Ridwan Kamil Jabarkan Konsep Normal Baru Versinya: Semua Orang Harus Punya Semangat Move On

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari situs National Geographic Rabu, 17 Juni 2020 para ilmuwan tersebut telah menganalisis gundukan es, salju, air, dan endapan yang ada di sana.

Sampel yang mereka kumpulkan pada musim semi lalu sebagai bagian dari Ekspedisi Planet Geografis dan Abadi Abadi Rolex Nasional.

Tujuan proyek adalah mengubah gunung tertinggi di dunia menjadi laboratorium iklim raksasa.

Baca Juga: Mahasiswa Ini Rela Tinggal di Pohon demi Dapatkan Koneksi Internet

Selama Bulan April dan Mei tahun lalu, tim multidisiplin yang terdiri lebih dari 30 ahli biologi, ahli glasiologi, ahli geologi, ahli meteorologi, dan ahli geografi menyebar melintasi sisi selatan Everest, melakukan penelitian lapangan di gunung, serta melintasi Lembah Khumbu.

Paul Mayewski dari University of Maine, pemimpin penelitian tersebut juga bekerja sama dengan National Geographic Society, Universitas Tribhuvan, dan Pemerintah Nepal.

Halaman:

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: National Geographic


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x