PR DEPOK - Mendekati malam pemilihan umum di Turki, kedua belah pihak mengklaim keunggulan dalam perhitungan suara dan berselisih mengenai penghitungan suara.
Partai oposisi menyampaikan keluhan mereka terhadap data yang diterbitkan oleh lembaga berita milik pemerintah Anadolu, dengan mengklaim bahwa hal itu memperlambat penghitungan suara untuk memposisikan kandidat mereka, Kemal Kilicdaroglu, kalah dalam persaingan dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dilansir dari media Al Jazeera, data dari Anadolu yang dirilis sebelum pukul 23.00 waktu setempat menunjukkan bahwa Erdogan, yang berusaha memperoleh masa jabatan lima tahun lagi setelah 20 tahun berkuasa, memperoleh 50,13 persen suara, jumlah yang cukup untuk memenangkan pemilihan presiden dalam putaran pertama dan menghindari putaran kedua.
Kilicdaroglu, kandidat dari aliansi enam partai yang dipimpin oleh Partai Rakyat Republik (CHP), mendapatkan dukungan sebesar 44,09 persen.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer, Leo, dan Virgo Selasa, 16 Mei 2023: Waktu yang Tepat untuk Berkembang
Namun, data dari kantor berita Anka menunjukkan bahwa keunggulan Erdogan jauh lebih sempit, dengan persentase suara nasional presiden sebesar 48,87 persen dan Kilicdaroglu dengan 45,38 persen.
Kemudian, Anadolu memperbarui data mereka, melaporkan bahwa perolehan suara Erdogan adalah 49,94 persen.
Perbaruan tersebut membuat Kilicdaroglu mendapatkan 44,4 persen suara, dan jarak antara kedua kandidat utama menjadi lebih dekat. Dengan Erdogan tidak mencapai angka di atas 50 persen yang diperlukan untuk memenangkan pemilihan secara langsung, kemungkinan terjadinya putaran kedua dalam dua minggu menjadi lebih besar.
Sebelumnya, dua tokoh senior dari Partai Rakyat Republik (CHP), Walikota Istanbul, Ekrem Imamoglu, dan rekannya dari Ankara, Mansur Yavas, secara tegas mengkritik peran Anadolu dalam pemilihan tersebut.