Inggris Batal Buka Stadion Awal Oktober, Pimpinan Klub Pertanyakan Nasib dan Hak Industri Olahraga

- 22 September 2020, 11:22 WIB
Suporter Liga Inggris.
Suporter Liga Inggris. /PRM/

PR DEPOK - Kasus baru Covid-19 di Inggris dilaporkan terus mengalami peningkatan.

Sebelumnya Pemerintah Inggris akan membuka kembali pintu stadion sehingga berbagai pertandingan dapat disaksikan secara langsung oleh masyarakat.

Namun rencana tersebut urung dilakukan, Pemerintah Inggris membatalkan rencananya untuk mengembalikan sebagian penggemar ke stadion olahraga pada 1 Oktober 2020 mendatang seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari The Guardian.

Rencana relaksasi itu batal usai mempertimbangkan kasus yang semakin meningkat bersamaan dengan pemerintah yang menerapkan pembatasan dalam skala besar di sejumlah wilayah di Inggris.

Perdana Menteri Inggris juga tengah memutar otak, berupaya menanggung tekanan yang semakin besar dalam menghadapi menghindari krisis di berbagai acara olahraga profesional.

Baca Juga: BMKG: Banjir Bandang Sukabumi dan Bogor Dipicu oleh Gelombang Rossby dan Atmosfer yang Labil

Para pemimpin klub termasuk di antaranya Liga Premier, Asosiasi Sepak Bola, Persatuan Sepak Bola Rugby dan Atletik Inggris menandatangani surat peringatan risiko "generasi yang hilang" berjaga-jaga jika perdana menteri gagal bertindak.

Dalam suratnya para pemimpin klub mendesak pemerintah untuk menyiapkan paket dukungan komprehensif untuk industri olahraga meliputi investasi, insentif pajak, dan reformasi peraturan untuk membantu klub, dan fasilitas penunjang yang bisa membuat mereka bertahan.

"Kami bersatu dalam rasa yang sama yakni keprihatinan terlebih kami berperan besar sebagai pusat pemulihan bangsa. Kini masa depan industri ini benar-benar dalam bahaya" demikian narasi yang tertulis dalam surat peringatan tersebut.

Para pimpinan klub juga mempertanyakan hak-hak mereka yang terasa hilang dan dikesampingkan pemerintah. Pandemi disebut-sebut menjadi penyebab hancurnya ekonomi yang bisa berpotensi menghilangkan penerus di bidang olahraga.

Baca Juga: Prihatin dengan Banjir Bandang di Sukabumi, Ridwan Kamil Ungkap Bantuan Sudah Dikirim Melalui BPBD

"Covid-19 telah merusak pendapatan komersial kami dengan ditutupnya fasilitas stadion, rekreasi, dan pengurangan kapasitas. Kondisi ini bisa berpotensi menghilangkan generasi olahraga di kemudian hari. Meski tertekan kami juga dipaksa untuk bertahan dengan kondisi yang tidak stabil", bunyi peringatan tersebut.

Sementara itu, Liga Premier diketahui menulis surat peringatan yang ditujukan untuk pemerintah terkait 100 juta poundsterling atau sekira Rp 1,8 triliun yang hilang dalam kurun waktu satu bulan selama pertandingan digelar secara tertutup.

Rugby Football Union (RFU) bahkan berencana untuk memutus hubungan kerja dengan 139 staf demi mengatasi pendapatan Rp 2 triliun yang hilang akibat kebijakan ini.

Minggu lalu, Europan Central Bank (ECB) juga mengumumkan 62 orang diputus hubungan kerja sekaligus kehilangan Rp 1,8 triliun di tahun 2020 ini.

Nigel Huddleston yang kini menjabat sebagai Menteri Olahraga Inggris menegaskan bahwa pemerintahtetap memprioritaskan industri ini selama pandemi dan tidak berniat mengesampingkan hak-hak seluruh elemen di dalamnya.

Baca Juga: Fadli Zon Unggah Foto Saat SD, Warganet: Kecilnya Cakep Sudah Tua Jadi Pendukung Penjahat Demokrasi

Namun, Huddleston menilai bahwa pandemi telah mampu menggerus berbagai aktivitas sehingga olahraga juga tak dapat menghindari dampak buruk ini.

“Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa pandemi telah sangat memengaruhi lanskap olahraga, dan akan terus berlanjut selama beberapa bulan mendatang,”tutur Huddleston.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x