Dikunjungi Bupati Bandung untuk Membeli Dagangannya, Pedagang di Banjaran Ini Menangis

- 9 Juni 2023, 12:56 WIB
Bendera Merah Putih setengah tiang dipasang oleh para pedagang Pasar Banjaran di Kabupaten Bandung, Kamis, 8 Juni 2023.
Bendera Merah Putih setengah tiang dipasang oleh para pedagang Pasar Banjaran di Kabupaten Bandung, Kamis, 8 Juni 2023. /Pikiran Rakyat/Deni Armansyah/

PR DEPOK - Hajah Nia Kurniati (63) merasa sulit untuk tidur dalam dua hari terakhir setelah Bupati Bandung Dadang Supriatna mengunjungi Pasar Banjaran pada Senin, 5 Juni 2023. Namun, air mata yang mengalir dari matanya bukanlah air mata sedih, melainkan air mata kebahagiaan.

Sebagai seorang pedagang Pasar Banjaran yang telah berusia lanjut, Nia telah menjual teh dan berbagai jenis kerupuk selama 42 tahun di pasar ini. Ia telah menjadi sosok yang dihormati oleh sesama pedagang dan sering mendengar keluh kesah mereka.

Namun, saat ini, Nia merasa gelisah bukan karena nasibnya sendiri, melainkan karena masa depan para pedagang di pasar ini. Para pedagang semakin khawatir seiring dengan rencana Pemerintah Kabupaten Bandung untuk merevitalisasi Pasar Banjaran.

Dalam skema lelang investasi senilai Rp 125 miliar, PT Bangun Niaga Perkasa akan menjadi pihak swasta yang akan membangun dan mengelola pasar selama 20 tahun.

Baca Juga: Daftar 7 Ragam Bakso di Ternate, Maluku Utara yang Rekomen, Simak Alamatnya

Revitalisasi pasar oleh pihak swasta ini telah menuai banyak penolakan dari pedagang. Mereka merasa bahwa mereka sendirilah yang telah membangun kios atau los mereka setelah Pasar Banjaran mengalami kebakaran. Namun, rencana pembangunan oleh pihak swasta tersebut mengharuskan pedagang untuk membeli tempat mereka kembali.

"Saya juga membangun sendiri kios (berukuran 3x3 meter) ini, setelah kebakaran pasar pada 2000 lalu. Pasar Banjaran memang sudah beberapa kali kebakaran, pedagang yang udunan buat membangun lagi," katanya ditemui di Pasar Banjaran, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Pikiran-Rakyat.com, pada Rabu.

Menurut pandangannya, harga kios atau los baru dianggap tidak masuk akal karena mencapai angka ratusan juta rupiah untuk hanya sebidang tempat yang layak untuk berjualan. Di sisi lain, para pedagang memiliki daya jual yang relatif rendah, sehingga banyak dari mereka yang tidak setuju dengan rencana revitalisasi yang dilakukan oleh pihak swasta.

"Saya merasa sudah empat tahun ini (omzet) turun, malah Lebaran kemarin juga sepi. Pedagang lain juga banyak yang mengeluh, menangis, malah ada yang sampai sakit-sakitan. Saya tahu, karena saya jadi tempat mengadu," kata ibu dari empat anak itu.

Halaman:

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x