Hari Raya Pertama dalam Sejarah Hidupnya, Perawat di Depok Ungkap Pengalaman Kenakan APD Hazmat

- 29 Mei 2020, 11:43 WIB
TENAGA Medis corona menggunakan APD saat bertugas.*
TENAGA Medis corona menggunakan APD saat bertugas.* /Antara/

PIKIRAN RAKYAT - Atik Ismariastuti, sudah mengabdi kepada negara untuk melayani kesehatan masyarakat selama 23 tahun, terhitung sejak tahun 1997.

Selama bertahun-tahun mengabdi kepada negara, Atik mengaku tahun ini sangat berat karena harus berhadapan dengan pandemi Virus Corona atau COVID-19.

Wabah penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis SARS-Cov-2 ini begitu menghabiskan energinya lantaran penularan yang sangat mudah dan sangat cepat.

Baca Juga: Aturan Baru Ketika New Normal, Penumpang Dilarang Bicara dan Telepon Selama di KRL

Atik sebenarnya sudah terbiasa melayani pasien penyakit menular, seperti human immunodeficiency virus (HIV) dan Hepatitis.

Namun standar pelayanannya untuk penyakit menular tersebut sangatlah berbeda, tidak perlu mengenakan alat pelindung diri (APD) yang berlapis-lapis layaknya saat melayani pasien terkonfirmasi COVID-19 atau pasien suspect corona.

Sementara untuk perawatan wabah peyakit COVID-19 ini, sudah ada standar opersional yang sudah ditetapkan Kementerian Kesehatan.

Baca Juga: Ketum PSSI Angkat Dua Jenderal Sebagai Stafsus, Warganet: Semua Akan Militer Pada Waktunya

Atik harus mengenakan baju hazmat, dengan masker berlapis dari masker N95 sampai masker bedah dan satu alat pelindung yang biasa dikenakan dihidung untuk menghindari luka lecet akibat masker tersebut.

Dia pun harus bertahan selama 4 jam dalam kondisi badannya yang 'terbungkus' rapi oleh sejumlah perangkat APD.

Rasanya, tentu tidak bisa dibayangkan betapa menyiksanya, bahkan harus rela untuk tidak minum, harus menahan untuk membuah air kecil selama 4 jam.

Baca Juga: Viral, Tak Mampu Beli Susu Saat PSBB, Seorang Ayah Tega Serahkan Kedua Anaknya Kepada Petugas

"Itu eggak nyaman. Kita mau make saja sudah stress duluan. 4 jam berjuang dengan APD dan perawat," kata Atik Ismariastuti menceritakan pengalamannya merawat pasien suspect dan terkonfirmasi COVID-19 di rumah sakit tempat dia bekerja.

"Pake masker N95 itu enggak nyaman kita bisa kurang oksigen terus kita perlu minum perlu buang air kecil. Jadi per empat jam. Paling tidak ada gantiin kita di dalam kalau gada tenaga," katanya.

Selain itu, Atik juga menyebut saat melepas seluruh lapisan APD tersebut butuh kehati-hatian yang sangat ekstra. Bagaimana tidak, bila saja tidak hati-hati maka ibaratnya nyawanya terancam terinfeksi Virus Corona.

Baca Juga: ASN Kembali Dapat Perpanjangan WFH dari Kemenpan RB Sampai 4 Juni

Bahkan dirinya pun bisa membawa virus terhadap keluarganya di rumah blla tidak hati-hati. Penggunaan masker N95 harus benar, harus dikenakan serapat mungkin, termasuk face shield harus digunakan tidak boleh tidak.

"Habis itu kan kita melayani pasien nah kan kita tidak tau kita kena droplet pasien atau biasanya droplet kena di APD nah cara pelepasan harus benar," ungkap Atik.

"Kalau tidak benar kita megang apa, terus nyentuh badan kita, kita bisa otomatis kena. Tapi kalau prosedur benar, cuci tangan insya Allah tidak," ungkapnya.

Baca Juga: Pria Berkaos Merah Logo Palu Arit Dikabarkan Berkeliaran di Palembang, Simak Faktanya

Tidak mudik dan tidak ada baju lebaran

Atik mengungkapkan kisahnya dengan penuh kesedihan lantaran lebaran tahun ini tidak ada kesempatan untuk bertemu keluarganya di Madiun Jawa Timur.

Keputusannya untuk tidak mudik lantaran Atik sadar dengan tugasnya sekarang yang harus merawat dan melayani masyarakat di tengah wabah penyakit COVID-19.

Akan tetapi, Atik juga menyadari bahwa dengan tidak pulang kampung berarti berusaha menjaga kesehatan ayahanda dan ibunda di rumah dari pandemi virus.

Baca Juga: Panduan Pendaftaran SBMPN 2020 yang Dibagi dalam 2 Tahap Registrasi

Meski begitu, kadang dia merasa dongkol hati bila melihat orang-oranng yang berbondong-bondong mudik ke kampung halaman untuk merayakan hari raya meski pandemi virus masih menjadi ancaman.

"Jadi kita tiap hari telepon keluarga pokoknya jangan sampai keluar. Untuk keamanan di kampung,' kata Atik.

"Saya sebagai orang medis, sekarang pasien rame tidak seperti lebaran sebelumnya karena banyak yang PDP yang harus ditangani, sebagai medis harus dilayani. Mau tidak mau sebagai garda terdepan harus memberikan pelayanan,' tuturnya.

Baca Juga: New Normal Bisa Batal Akibat PSBB Diperpanjang? Ini Kata Ridwan Kamil

Untuk lebaran tahun ini, Atik dan keluarga intinya sudah tidak memikirkan lagi baju lebaran, tradisi yang biasa dia lakukan ketika hari raya tiba.

Sedihnya lagi, baginya dan teman-teman medis lain di tempat dia bekerja, baju hazmat menjadi baju lebaran pertama sepanjang sejarahnya mengabdi kepada negara untuk melayani kesehatan masyarakat di tengah-tengah momen lebaran saat ini.

"Lebaran kali ini baju barunya hazmat. Kita sudah tidak mikirin baju baru untuk lebaran. Hazmat baju baru yang berlapis lapis dan penuh perjuangan, agak menyiksa,' ungkapnya.

Baca Juga: Bali Jadi Destinasi Utama Saat New Normal, Pemerintah Sasar Wisatawan Domestik

Pesan Atik kepada Warga

Terakhir, Atik hanya bisa berpesan kepada msyarakat luas agar tetap mematuhi prtotokol kesehatan COVID-19 sehingga bisa membantu menekan angka penularan.

Kalau lah saja tidak mendesak, masyarakat juga tidak perlu berkeluyuran, tinggal saja di rumah.

Baca Juga: PPDB 2020 Akan Tetap Digelar, Kemendikbud Tetapkan 2 Metode Sesuai Kondisi Sekolah

Apalagi saat ini ada orang tanpa gejala (OTG) yang tidak ketahuan bisa menularkan virus.

"Aplagi sekarang ada OTG itu yang dikhawatirkan. Makanya kita harus menggunakan APD dg baik saat melayani," ujarnya.

Editor: Billy Mulya Putra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x