Habib Rizieq Bikin Istana Tak Bisa Tidur, Rocky Gerung Sebut Akan Ada Sumbu Politik Baru di Jakarta

- 1 Desember 2020, 14:36 WIB
Pengamat politik, Rocky Gerung.
Pengamat politik, Rocky Gerung. /Harry T/Antara
 
PR DEPOK – Pengamat politik Tanah Air Rocky Gerung turut memberikan pandangannya terhadap sosok pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
 
Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari kanal YouTube Refly Harun, dirinya mengatakan bahwa saat ini Habib Rizieq selalu menjadi pembicaraan di Istana Negara, seperti tak ada habisnya.
 
“Itu nama yang membuat istana tidak bisa tidur karena mengiang-ngiang terus di kuping mereka. Besok Habib akan ngundang siapa, besok Habib akan mengucapkan kalimat apa, besok Habib akan diwawancara oleh siapa,” kata Rocky Gerung.
 
 
Menurutnya, sekarang Istana tengah kehilangan fokus karena ada sumbu politik baru di Jakarta, dan nantinya sumbu tersebut akan bertumbuh secara nasional.
 
Rocky Gerung juga mengungkapkan, hadirnya Habib Rizieq karena berasal dari simpanan memori masyarakat Indonesia, di mana awalnya semua orang menganggap bahwa negara ini butuh oposisi sebagai penyeimbang pemerintahan.
 
“Jadi Habib Rizieq berasal dari simpanan memori politik kita tentang perubahan itu. Kita ingin agar supaya ada pengimbang kekuasaan maka kita butuh oposisi,” tuturnya.
 
 
Tetapi ternyata, lanjut dia, Pak Jokowi mengatakan demokrasi di Indonesia tidak membutuhkan oposisi, sementara publik menganggap tanpa oposisi tidak akan ada kritik. Oleh karena itu, muncul oposisi Petamburan.
 
“Lalu upaya untuk beroposisi itu ditampung lah di Petamburan. Jadi salah Istana sendiri, kalau ada oposisi, orang tidak akan berkumpul mengakumulasi kemarahan dan kejengkelan politik di Petamburan,” ujarnya.
 
Selanjutnya, tambah Rocky Gerung, semua yang tengah terjadi saat ini di Indonesia, terbentuk karena adanya sejarah yang berawal dari penolakan istana terhadap pembentukan oposisi.
 
 
“Jadi ini desain yang memang terbentuk secara historis karena istana menolak oposisi itu. Jadi biasa aja. Habib Rizieq tiba pada momentum yang tepat dan orang melihat dia bukan sekedar momentum tapi bisa jadi monumen, nah Istana takut kalo ada monumen baru,” ucap dia.
 
Apalagi, kata dia, Habib Rizieq datang dengan membawa monumen akhlak di mana hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh Satgas dan TNI.
 
“Itu kan sesuatu yang tidak mungkin diturunkan oleh Satgas apalagi oleh TNI karena akhlak itu adalah baliho yang diikat di langit, gimana mesti manjat langit untuk nurunin baliho (akhlak),” imbuhnya.
 
 
Sementara itu, Rocky Gerung juga menilai bahwa FPI telah melakukan banyak perubahan sikap jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu.
 
“Jadi saya memang dulu anggap FPI preman aja. Tapi FPI tahu bahwa dia disorot sebagian buruknya karena itu dia berubah,” terangnya.
 
Rocky Gerung mengatakan, jika sekarang masih ada orang yang tidak suka dengan FPI, justru orang tersebut yang tidak memiliki perubahan atau kemajuan dalam pola pikirnya.
 
 
“Orang yang jengkel pada FPI itu yang tidak berubah karena dia merasa ini masih 10 tahun lalu. Padahal FPI udah ngangkat mayat di Aceh udah bantuin puing-puing di Palu. Jadi orang tidak bisa lihat perubahan postur politik perubahan cara berfikir dari FPI,” ujarnya.
 
Lebih lanjut Rocky Gerung mengungkapkan, kehadiran FPI saat ini adalah sebagai pembela Indonesia.
 
“Bagi saya mereka sekarang Front Pembela Indonesia. Jadi itu sebetulnya yang menyebabkan saya harus membela FPI. Bukan karena Habib Rizieq tapi hak dari kumpulan yang menyebut FPI untuk memperlihatkan perubahan posturnya,” tutur Rocky Gerung.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x