PR DEPOK - Baru-baru ini viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan siswi dipaksa mengenakan jilbab oleh pihak sekolah, terlebih siswi tersebut bukanlah seorang muslim.
Terkait hal tersebut, seorang pegiat bidang kebijakan publik, keterbukaan informasi dan demokrasi Indonesia, Ravio Patra meminta Komnas HAM tidak hanya memeriksa sekolah yang viral tersebut, melainkan sekolah-sekolah lainnya.
Ravio Patra juga berharap Komnas HAM bukan hanya memeriksa persoalan jilbab atau pakaian namun juga hal-hal di luar itu.
Pernyataan itu ia katakan lantaran kata dia, ada yang gagal masuk sekolah negeri karena sekolah yang dimaksud mewajibkan siswa-siswinya melaksanakan solat di masjid, padahal dia bukanlah seorang yang beragama Islam.
Pernyataaannya itu ia sampaikan melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @raviopatra pada siang ini, 23 Januari 2021 dengan menyematkan akun Twitter Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Beka Ulung Hapsara.
"Buat bang @Bekahapsara: kalau akhirnya Komisi memeriksa lebih jauh, semoga tidak hanya melihat satu sekolah ini saja. It’s everywhere. Dan bukan cuma masalah pakaian. Ada lagi yang gagal masuk sekolah negeri unggulan berasrama sebab wajib solat di masjid, padahal nonmuslim," ujarnya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Sabtu, 23 Januari 2021.
Buat bang @Bekahapsara: kalau akhirnya Komisi memeriksa lebih jauh, semoga tidak hanya melihat satu sekolah ini saja. It’s everywhere. Dan bukan cuma masalah pakaian. Ada lagi yang gagal masuk sekolah negeri unggulan berasrama sebab wajib solat di masjid, padahal nonmuslim.— Ben Howard Stan Account (@raviopatra) January 23, 2021
Dalam cuitan yang lainnya, Ravio Patra juga menyebut, sejak menjalani pendidikan di jenjang SD hingga SMA, dirinya hanya memiliki satu teman sekolah perempuan dan nonmuslim.