Presiden Diasosiasikan Hanya untuk Satu Kelompok, Refly Harun Nilai Indonesia Tengah Alami Krisis Polarisasi

- 24 Januari 2021, 19:46 WIB
Pakar hukum tata negara, Refly Harun.
Pakar hukum tata negara, Refly Harun. /ANTARA//Indrianto Eko Suwarso/

Dalam kasus ini, dia menilai bahwa krisis polarisasi sudah dalam titik yang mengkhawatirkan.

Bahkan, sampai pada titik dimana sosok presiden saat ini sudah diasosiasikan  hanya untuk kelompok tertentu.

Baca Juga: Hampir Setahun Merebak di Indonesia, Ternyata Ini Kunci Sukses Baduy Catat Nol Kasus Covid-19

Menurut Refly, hal itu membuat konsep negara sudah menjadi tidak benar. Seharusnya presiden tidak boleh diasosiasikan hanya pada satu kelompok, namun harus menjadi presiden bagi seluruh masyarakat Indonesia.

“Kalau kita memandang sesuatu itu selalu berdasarkan perspektif pengelompokan, dan bayangkan bahkan seorang presiden, yang harusnya mewadahi kita semua, bapak kita semua, itu hanya dipersepsikan sebagai presiden satu kelompok, gawat sekali bangsa kita ini,” tutur Refly.

“Kalau saya bilang cebong dan kampret misalnya, presiden itu dianggap sebagai presidennya cebong. Lalu ada istilah baru kadrun misalnya, dan setiap saat bahwa seolah-olah yang dikatakan kadrun itu bukan rakyatnya, bukan warga negaranya jokowi.  Konsep Negara kita jadi tidak benar,” sambungnya.

Baca Juga: Siswi Non Muslim di Padang Dipaksa Gunakan Jilbab, KPAI Tegas: Tindakan Itu sebagai Pelanggaran HAM

Oleh sebab itu, Refly mengimbau, bahwa seharusnya jika ada perbedaan pandangan di antara masyarakat, diselesaikan dalam ranah perdebatan horizontal saja.

Bukan justru malah membawanya hingga ranah vertical, seperti halnya sosok presiden. Sebab, presiden itu harus berada di luar pengelompokan masyarakat. Presiden harus menjadi milik masyarakat bersama.

“Jadi seharusnya, kalau terjadi perdebatan horizontal, antara satu kelompok  dan kelompok masyarakat lainnya, sepanjang itu masih berdebat, debat horizontal, ya silahkan saja. Tapi presiden harus beyond (di luar pengelompokan), presiden harus jadi presiden kita semua. Kecuali, gaya presidennya ugal-ugalan  seperti Donald Trump, yang tidak menampilkan sebagai Presiden Amerika secara keseluruhan, tapi presiden kelompoknya. Sehingga dia berusaha bagaimana didukung oleh kelompok-kelompok yang sepemikiran dengannya dan tidak menghargai Amerika secara keseluruhan,” kata Refly.

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima Yawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x