Kartini menjelaskan bahwa aplikasi peringatan dini mengenai bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tidak ada.
"Saya sudah menginstal (memasang program) aplikasi BMKG. Kalau dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tidak ada aplikasinya," kata
Kartini.
Baca Juga: Kagum dengan Sikap Habib Rizieq, Christ Wamea: Beliau Tetap Sabar Menghadapinya
Ia juga menjelaskan bahwa mayoritas warga pesisir kebanyakan memperoleh informasi bencana dari mulut ke mulut atau sambungan telepon, sehingga terkadang kurang akurat.
"Pada Rabu (7/4) sekitar jam 00.00 WITA, saya dapat laporan dari warga di sekitar dermaga Waiwerang katanya akan ada banjir susulan. Warga berlarian sampai ada yang jatuh. Tapi kan ternyata itu berita bohong," katanya.
Tidak hanya itu, menurutnya warga setempat, cenderung mudah terprovokasi perihal informasi bencana.
Mereka lebih mempercayai informasi dari orang-orang terdekat tanpa konfirmasi kepada pihak terkait.
Kartini menyebutkan, sejak Rabu dini hari seluruh telepon seluler warga di Flores Timur mengalami gangguan selama 16 jam. Situasi itu dibarengi dengan beredarnya informasi akan ada banjir susulan.
"Masyarakat banyak lari ke gunung, tapi kan ternyata itu tidak benar," katanya.