Soal Banjir di NTT, Sebagian Warga Andalkan Pengeras Suara dari Rumah Ibadah untuk Mitigasi Bencana

- 8 April 2021, 11:09 WIB
Pascabanjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa, 6 April 2021.
Pascabanjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa, 6 April 2021. /ANTARA/Kornelis Kaha

Kartini menjelaskan bahwa aplikasi peringatan dini mengenai bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tidak ada.

"Saya sudah menginstal (memasang program) aplikasi BMKG. Kalau dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tidak ada aplikasinya," kata
Kartini.

Baca Juga: Kagum dengan Sikap Habib Rizieq, Christ Wamea: Beliau Tetap Sabar Menghadapinya

Ia juga menjelaskan bahwa mayoritas warga pesisir kebanyakan memperoleh informasi bencana dari mulut ke mulut atau sambungan telepon, sehingga terkadang kurang akurat.

"Pada Rabu (7/4) sekitar jam 00.00 WITA, saya dapat laporan dari warga di sekitar dermaga Waiwerang katanya akan ada banjir susulan. Warga berlarian sampai ada yang jatuh. Tapi kan ternyata itu berita bohong," katanya.

Tidak hanya itu, menurutnya warga setempat, cenderung mudah terprovokasi perihal informasi bencana.

Baca Juga: Wamenlu Saran D-8 Fokus Industri Halal dan Keuangan Syariah, HNW: Semoga Tak Dibully Kadrun dan Dituduh Radika

Mereka lebih mempercayai informasi dari orang-orang terdekat tanpa konfirmasi kepada pihak terkait.

Kartini menyebutkan, sejak Rabu dini hari seluruh telepon seluler warga di Flores Timur mengalami gangguan selama 16 jam. Situasi itu dibarengi dengan beredarnya informasi akan ada banjir susulan.

"Masyarakat banyak lari ke gunung, tapi kan ternyata itu tidak benar," katanya.

Halaman:

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x