PR DEPOK - Kajian online Ramadhan 1442 Hijriah yang dibatalkan oleh PT Pelni dengan alasan tidak mendapatkan izin dari direksi menimbulkan konflik berkepanjangan.
Usut punya usut, alasan lain yang yang mendukung pembatalan kajian tersebut adalah terkait isu radikalisme.
Kabar ini pun dibuktikan dengan unggahan dari Kristia Budhyarto, Komisaris PT Pelni, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari akun Twitter pribadinya, @kangdede78, yang membicarakan soal isu radikalisme.
Radikalisme harus diberangus dari Republik ini, mrk ada dimana-mana mengintai setiap saat, siap menyerang jika mendapat celah & kita lengah.
LAWAN????— Dede Budhyarto (@kangdede78) April 11, 2021
"Radikalisme harus diberangus dari Republik ini, mrk ada dimana-mana mengintai setiap saat, siap menyerang jika mendapat celah & kita lengah. LAWAN," tulis Kristia Budhyarto.
Meskipun mendapat kecaman dari berbagai pihak, ia masih konsisten dengan keputusannya. Ia pun menyerukan seluruh pihak untuk melawan kelompok radikalis.
Saya tidak terpengaruh dgn kecaman, desakan, sampai ada yg membuat petisi, saya tidak terpengaruh sdktpun.
Saya konsisten, bahwa Radikalisme harus DIBERANGUS, pun klo konsekuensinya saya kehilangan jabatan.
Jangan takut melawan kaum radikal kawan.????????— Dede Budhyarto (@kangdede78) April 11, 2021
"Saya tidak terpengaruh dgn kecaman, desakan, sampai ada yg membuat petisi, saya tidak terpengaruh sdktpun. Saya konsisten, bahwa Radikalisme harus DIBERANGUS, pun klo konsekuensinya saya kehilangan jabatan. Jangan takut melawan kaum radikal kawan," katanya dalam cuitan Twitter.
Baca Juga: Imbang 0-0, Posisi Everton dan Brighton di Klasemen Liga Inggris Tidak Banyak Berubah
Tak lama berselang, ia pun mengklarifikasi bahwa pembatalan yang dimaksud bukan terhadap kajian yang dijadwalkan, melainkan beberapa pengisi acara yang dinilai radikal.