Curigai 5 Jaringan Teroris Bermain Fintech, Azis Syamsuddin: Mereka Menamakan Dirinya JAK Masyriq dan Maghrib

- 16 April 2021, 17:50 WIB
Wakil Ketua DPR RI M. Azis Syamsuddin
Wakil Ketua DPR RI M. Azis Syamsuddin /DPR

PR DEPOK – Curigai 5 jaringan teroris  menggunakan fintech, crowdfunding, dan organisasi nirlaba di Indonesia, Wakil Ketua DPR RI M Azis Syamsuddin meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan PPATK segera melacak dugaan transaksi gelap.

"Kami meminta BNPT untuk terus meningkatkan koordinasi dengan lembaga terkait khususnya PPATK guna melacak sinyalemen yang ada," kata Aziz Syamsuddin melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat 16 April 2021 sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

5 jaringan teroris yang ia curigai yaitu jaringan Negara Islam Indonesia (NII), Jamaah Islamiyah (JI), Majelis Mujahidin Indonesia (MII), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), dan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK).

Baca Juga: Elektabilitas Mensos Risma Ungguli Anies Baswedan dan AHY dalam Survei JRC

Ia menjelaskan bahwa (MMI) diyakini masih aktif dan dicurigai terafiliasi dengan Al-Qaeda di Suriah dan Front Al-Nusrah.

"Dari literasi yang ada MMI merupakan organisasi pengembangan dari Darul Islam dan kemudian berubah nama lagi menjadi Jamaah Ansharut Tauhid (JAT)," katanya.

Sementara itu, menurutnya Kelompok JAT dalam perkembangannya melahirkan kelompok teroris lainnya yakni Jamaah Ansharut Syariah (JAS) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Baca Juga: 32 Orang Terduga Teroris Bom Bunuh Diri Gereja Katedral Makassar Diamankan Densus 88 Antiteror Polri

Sedangkan, JAK yang telah ada di Indonesia sejak 2016 dan mendapuk diri dengan nama JAK Nusantara dipimpin oleh Bahrunnaim yang merupakan Khatibah Nusantara ISIS Indonesia.

Aziz Syamsuddin menjelaskan, mengenai kecurigaan tersebut, sebenarnya sejalan dengan penggalangan dana melalui kampanye di media sosial dengan modus bantuan kemanusiaan untuk bencana alam, korban konflik Palestina dan Suriah, bantuan Covid-19 bahkan berkedok bantuan panti asuhan.

"Kecenderungan ini diiringi dengan perubahan rekrutmen, pengumpulan donasi, lokasi berkumpul dan metode kerja," kata Azis Syamsuddin.

Baca Juga: Update Persebaran Covid-19 Depok, 16 April 2021: 44.766 Positif, 42.239 Sembuh, 862 Meninggal Dunia

Selain itu, ia juga mencurigai masih adanya operasi yang memanfaatkan beberapa momentum oleh 5 jaringan teroris dengan menyebar propaganda radikal secara terselubung guna perekrutan melalui dunia maya.

"Kecenderungan operasi gelap ini yang dilakukan di kawasan kota," kata politisi Golkar tersebut.

Ia memang tidak memungkiri bahwa akhir-akhir ini pergerakan 5 jaringan teroris tersebut mulai redup, tetapi justru harus diwaspadai.

Baca Juga: Hasil Survei Pilkada DKI Jakarta: Elektabilitas Risma Ungguli Anies Baswedan

"Gerakannya mulai redup. Namun ada beberapa tokoh yang menyebar di kawasan barat dan timur Indonesia. Mereka menamakan dirinya JAK Masyriq dan JAK Maghrib. Kelompok ini, sangat erat dengan JAD," ujarnya.

Aziz Syamsuddin pun membeberkan salah satu metode perekrutan yang disebut "captive audience" yaitu pola rekrutmen yang targetnya menyasar kelompok yang kerap menghabiskan waktu di media sosial.

"Ini menjadi kewaspadaan kita bersama. Bahkan dari perkembangan yang ada sejumlah analisis terorisme internasional telah membedah pola rekrutmen baru ini," katanya.

Baca Juga: Amankah Pengidap Asam Lambung Menjalani Ibadah Puasa Selama Ramadhan? Berikut Penjelasan Pakar

Maka dari itu, ia meminta masyarakat untuk tetap waspada pada pola sasaran captive audience yang dimaksud, melalui penyebaran narasi-narasi yang mampu mempengaruhi seseorang.

"Dilanjutkan dengan ajakan, bergabung dalam grup WhatsApp hingga diajarkan merakit bom hingga doktrin menjadi pengantin sebuah istilah lama yang mereka adopsi," katanya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x