Menurut Refly Harun, adu kritik yang terjadi di antara kedua tokoh politik tersebut adalah sesuatu yang harus diterima publik sebagai sebuah kewajaran.
“Standing-nya juga berbeda. Ngabalin memilih untuk membela mati-matian pemerintahan Presiden Jokowi,” ucap Refly Harun.
Sementara, lanjut dia, Abdullah Hehamahua berdiri di tempat lain yakni menjadi pengkritik utama pemerintahan Jokowi, terutama dalam konteks terbunuhnya atau dibunuhnya enam Laskar Front Pembela Islam (FPI).
“Padahal sebagai public person, konsekuensinya adalah, ketika kita menyampaikan kritik, (maka) kita dikritik."
Baca Juga: SIMAK! Cara Mengajukan BLT UMKM Rp1,2 Juta Hingga Pencairan Uang di Bank BRI, BNI, dan Kantor Pos
“Yang paling penting, jangan cengeng. Apa-apa selalu melaporkan kepada polisi, tangkap ini, tangkap itu,” katanya lagi.
Menurut penuturannya, Kapolri justru tidak ingin instansinya dijadikan ‘bumper’ dari perseteruan orang-orang yang ingin memanfaatkan aparat penegak hukum untuk menghantam kelompok lainnya.