“Ini soal yang serius karena sekali jejak sejarah itu berhenti, maka dia akan diisi dengan segala macam upaya untuk menghilangkan jejak republik. Mudah-mudahan ini hanya kekeliruan,” tutur dia.
“(Mungkin) karena terlalu sibuk dengan urusan tiga periode dan lupa bahwa sejarah itu dulu adalah politik. Karena di dalam sejarah, kita belajar tentang etika kekuasaan,” kata Rocky Gerung lagi.
Menurutnya, kewaspadaan masyarakat terhadap jejak bangsa Indonesia kadangkala terhalang oleh kenekatan untuk mempromosikan masa depan.
“Akar sejarah kita itu masih pendek, belum 100 tahun tapi sudah mulai ditinggalkan,” ujar Rocky Gerung.
“Ya karena anak sekarang itu cuma disuruh menghafalkan nama-nama ikan, bukan nama-nama tokoh pahlawan, pemikir,” kata akademisi itu.
Dengan demikian, Rocky Gerung menilai bahwa bagian dari masa lalu bangsa Indonesia tidak lagi diinduksikan ke dalam kurikulum.
“Jadi jangan salahkan anak-anak, karena anak-anak merasa, ‘Lho enggak diajarin’,” ujarnya secara tegas.
Rocky Gerung pun menegaskan bahwa sejarah selalu dimaksudkan untuk mengingat apa yang sebetulnya dihalangi untuk diucapkan.