Network
PR DEPOK - Pengamat politik, Rocky Gerung, menanggapi soal sejumlah pertanyaan janggal yang turut dimuat dalam tes wawasan kebangsaan bagi pegawai KPK agar bisa menjadi ASN.
Dalam dialog bersama Hersubeno Arief, Rocky Gerung menyoroti pertanyaan yang muncul di tes tersebut, yang membahas seputar Habib Rizieq, PKI, hingga FPI.
Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan janggal dalam peralihan ASN ini mengingatkan Rocky Gerung pada penelitian khusus atau litsus di era orde baru.
"Ini dulu kaya litsus, di zaman orde baru ada litsus. Jadi yang ditanya adalah pandangan pribadi terhadap hal yang sudah dirumuskan oleh rezim. Jadi bukan mengevaluasi kemampuan dia untuk membayangkan kalau ada kasus korupsi yang berlapis-lapis kerumitannya," ujarnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Ia menuturkan, seharusnya pegawai KPK ini dites soal kemampuannya menangani sejumlah kasus besar, misalnya soal cara penyelesaian kasus, serta cara penanganan dokumen yang berisi fraud atau kecurangan.
"Lalu buat apa kita bernegara kalau masih dalami soal segitu? Kalau anak SMA ya diajarin lagi apa sejarah komunis, dan segala macam. Ini orang sudah mau mendaftar, udah selesai seluruh proses belajarnya, masih ditanya hal-hal yang ajaib," kata pria yang juga seorang filsuf itu.
Sementara itu, ia lantas menyinggung soal kemungkinan bahwa pertanyaan soal ormas dan partai terlarang itu merupakan pertanyaan jebakan.
"Kan semua orang juga pasti menjawab hal yang menyenangkan si pembuat pertanyaan supaya dia bisa masuk. Jadi kalau benar mau dijebak, masa jebaknya sesuatu yang udah bisa ketahuan kedalaman jebakan itu," tutur Rocky Gerung melanjutkan.
