PR DEPOK - Keinginan PDI Perjuangan hanya terdapat dua pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2024 berdampak negatif dari aspek inklusivitas peluang bagi para elite yang potensial dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat.
"Karena bukan tidak mungkin, panggung pilpres nantinya hanya menjadi ruang kompetisi untuk segelintir elite yang berkuasa di parpol atau kalangan tertentu yang mendapatkan dukungan kuat serta memiliki kedekatan personal dengan elite-elite kunci di parpol," kata Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies Nyarwi Ahmad dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Minggu, 30 Mei 2021.
Pertarungan sengit antar dua pasangan capres-cawapres juga akan membuka peluang penguatan arus polarisasi politik, terutama basis agama.
"Adanya dua pasangan yang bertarung dalam Pilpres 2024 mendatang, sebenarnya tidak masalah, asal parpol-parpol pengusung atau koalisi parpol pengusung masing-masing pasangan, melakukan proses seleksi pasangan capres-cawapres tersebut secara terbuka, transparan, inklusif, dan demokratis dengan mengakomodasi pendapat publik," tuturnya.
Namun, langkah ini bisa dilakukan, ujar Nyarwi, dengan menggelar konvensi, tapi ini berbeda dengan model-model konvensi pilpres sebelumnya yang hanya dilakukan pada level parpol, seperti Partai Golkar pada 2004 dan Partai Demokrat pada 2009.
"Namun, konvensi ini dilakukan oleh koalisi parpol yang hendak mengusung pasangan capres," ujarnya.
Baca Juga: Usai Foto Pengendara Motor Acungkan Jari Tengah Viral, Dishub: Pesepeda Wajib Menggunakan Jalur Kiri
Konvensi yang dilakukan oleh koalisi parpol juga mesti mengutamakan enam hal yakni pertama, konvensi tidak ditujukan untuk menutup peluang publik, masyarakat, dan pemilih untuk mendapatkan sosok terbaik yang diinginkannya.