Ia lantas menyinggung soal penurunan baliho Habib Rizieq oleh Dudung Abdurachman yang sempat membuatnya mendapatkan banyak pujian serta apresiasi dari publik lantaran dinilai berani.
"Kita tahu bahwa aksi Dudung Abdurachman yang penting dicatat adalah pertama menantang FPI dalam apel di Monas, yang kedua menurunkan baliho FPI/Habib Rizieq, dan the last but not least adalah hadir dalam press conference tentang terbunuhnya 6 Laskar FPI bersama Kapolda Metro Jaya," tuturnya.
Setelah semua tindakan Dudung itu, lanjut Refly Harun, mantan Pangdam Jaya itu pun naik bintang menjadi bintang tiga, dan menjadi Pangkostrad.
Lebih lanjut, pakar hukum tata negara itu menilai bahwa jika TNI turut campur dalam politik, maka tak akan ada lagi satu kekuatan yang mampu menghadang.
"Jadi kalau misalnya Mayjen Dudung menantang FPI, ya itu salah alamat. Katakanlah siapapun yang mengkritik TNI dibungkam, ya pasti bisa, karena kita tahu bahwa TNI adalah kekuatan bersenjata yang tidak mungkin dilawan," kata Refly Harun memaparkan.
Ia lantas menegaskan bahwa fungsi TNI itu adalah sebagai pertahanan, bukan masuk pada wilayah kekuatan sipil.***