"Jadi, yang membuat pertanyaan ini sendiri sebenarnya tidak Pancasilais," ucapnya menambahkan.
Kemudian, Romo Magnis juga berpendapat pertanyaan pilihan antara Alquran atau Pancasila yang ditujukan kepada umat Islam itu berbahaya, dan perlu untuk diselidiki.
Romo Magnis menjelaskan bahwa Pancasila lahir bukan untuk bersaing dengan agama mana pun, sehingga dia berharap ke depannya tak ada lagi pertanyaan semacam itu.
Selain itu, ia juga meminta agar Pancasila tak dilebih-lebihkan, apalagi bila mengarah kepada hal yang politis.
Masalahnya apabila Pancasila dilebih-lebihkan untuk kebutuhan politis, lanjut dia, maka akan kontraproduktif karena meminta seseorang memilih antara Pancasila atau agama.
Lebih lanjut, Romo Magnis menuturkan tidak perlu melepaskan identitas masing-masing untuk menjadi orang Indonesia, apalagi mengkompromikan agama atau keyakinan.
Sebab setiap orang pasti mempunyai keterikatan sosial kepada keluarga, kampung halaman, negara, dan tentunya pada agama.
Diketahui sebelumnya, pertanyaan pilihan antara Alquran dan Pancasila mulanya muncul dari proses tes wawasan kebangsaan (TWK), yang diberikan kepada pegawai KPK.