Data Corona Indonesia Janggal, BNPB: Memang Betul Tidak Sinkron

- 6 April 2020, 16:26 WIB
PINTU masuk Kampung Pucang Sewu yang melakukan karantina wilayah di Surabaya, Minggu 5 April 2020.*
PINTU masuk Kampung Pucang Sewu yang melakukan karantina wilayah di Surabaya, Minggu 5 April 2020.* /ZABUR KARURU/ANTARA/

PIKIRAN RAKYAT - Gubernur Jakarta Anies Baswedan merasa janggal sebab jumlah prosesi pemakaman di Jakarta mencapai angka 4.400 hanya pada Maret 2020.

Padahal, angka kematian akibat virus corona tidak sampai ribuan dan penambahan kasus positif yang dilaporkan pemerintah pusat hanya bergerak di angka 100 pasien per hari.

Di tempat lain, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melaporkan hasil rapid test kepada Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan meminta fasilitas tes PCR dari pemerintah pusat agar angka kasus virus corona di Jawa Barat tidak naik       

Bermula dari berbagai kejanggalan yang dirasakan pemerintah daerah, masyarakat mulai meragukan data yang disajikan pemerintah pusat terkait virus corona.

Baca Juga: Seorang Pria Ditembak Mati Polisi karena Tak Pakai Masker dan Marah Saat Pandemi Corona

Imbasnya, usai tiga minggu menjalani karantina mandiri, aktifitas di luar rumah justru kembali marak.

Sejumlah kantor berhenti menerapkan kebijakan work from home atau bekerja dari rumah. Bahkan, pasar tradisional di sejumlah kota dan kabupaten mulai ramai kembali.

Data tersebut dinilai telah "diatur” sebab melaju sedikit demi sedikit membuat masyarakat lengah dan abai. Masyarakat lantas menganggap pandemi virus corona tidak se-berbahaya yang dibayangkan.

Dalam siaran live streaming bertajuk "Bersama Melawan Covid-19" di kanal Youtube Energy Academi Indonesia, Minggu 5 April 2020, BNPB mengakui data pemerintah daerah dengan data pemerintah pusat tidak sinkron.

Halaman:

Editor: Yusuf Wijanarko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x