Network
Demi menempuh pendidikannya, Raden Ayu Lasminingrat harus dipisahkan dari keluarganya dan diasuh oleh teman ayahnya, Levyson Norman. Dia membantu Raden Ayu Lasminingrat untuk belajar bahasa Belanda hingga Lasminingrat menjadi wanita Indonesia pertama yang fasih menulis dan membaca bahasa Belanda.
Raden Ayu Lasminingrat merupakan wanita pribumi yang cerdas, setelah mahir menulis dan fasih berbahasa Belanda, Lasminingrat memiliki cita-cita untuk memajukan kesetaraan untuk seluruh perempuan di Indonesia.
Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 50 Ditutup? Berikut Tanda Peserta Lolos Seleksi Pendaftaran
Tidak hanya itu, Lasminingrat juga menggunakan kemampuan literasinya untuk mengadaptasi cerita dongeng Eropa ke dalam bahasa Sunda. Di bawah bimbingan ayahnya, ia mulai mendidik anak-anak Indonesia pada tahun 1879.
Ia membacakan buku-buku hasil adaptasi itu dengan keras dan mengajari pendidikan moral dasar dan psikologi. Karnyata menyekolahkan anak-anak pribumi Indonesia dan mengenalkan mereka pada budaya Internasional.
Salah satu karya adaptasi Lasminingrat yang terkenal luas di seluruh Indonesia adalah Warnasari jilid 1 dan jilid 2.
Dimulai pada tahun 1907, Lasminingrat akhirnya mendirikan Sekolah Keutamaan Istri. Area belajar ini bertujuan untuk para perempuan yang ingin belajar membaca dan menulis. Sekolah ini berkembang menjadi 200 siswa dan 5 kelas dan mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1911.
Baca Juga: Begini Isi Surat Tertulis yang Dikirimkan Shane Lukas kepada David
Seiring berjalannya waktu, sekolah ini terus berkembang. Pada tahun 1934, sekolah ini diperluas ke kota-kota lain seperti Wetan Garut, Cikajang, dan Bayongbong.
Lasminingrat wafat pada 10 April 1948 ketika usianya menginjak 105 tahun. Ia dimakamkan tepat di Masjid Agung Garut di Komplek Pemakaman Keluarga Raden Haji Muhamad Musa.
