Sehingga rapid test nyatanya belum direkomendasikan untuk tahap diagnostik.
Baca Juga: Rapid Test Virus Corona Akan Dilakukan untuk Anggota DPR, Ibas: Kami Menolaknya
Maka kinetika antibodi terhadap COVID-19 masih perlu penelitian lebih lanjut.
Selain itu, metode rapid test belum dibuktikan validitasnya mengenai antigen dan prinsip yang digunakan, variasi waktu pengambilan spesimen, batas deteksi masing-masing rapid test, interferens, hingga berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hasil false positive dan false negatif serta belum diketahui adanya izin edar resmi dari pihak terkait.
Hingga saat ini, hasil deteksi dini pada metode rapid test harus diinterpretasi dengan sangat hati-hati mengingat hasil positif tidak bisa benar-benar dipastikan terinfeksi virus corona.
Baca Juga: Update Virus Corona di Indonesia Selasa, 24 Maret 2020: Kasus Positif COVID-19 Menjadi 686 Orang
Sedangkan hasil negatif masih memiliki kemungkinan adanya infeksi sehingga tetap berpotensi menularkan virus corona pada orang lain.
Hal-hal yang dapat menyebabkan hasil false positive antara lain kemungkinan cross reactive antibodi dengan berbagai virus lain seperti corona, dengue, dan infeksi lampau dengan pandemi ini.
Sedangkan hal-hal yang dapat menyebabkan hasil false negatif diantaranya belum terbentuknya antibodi saat pengambilan sampel atau masih dalam masa inkubasi virus, dan pasien memiliki gangguan pembentukan antibodi.
Baca Juga: Batalkan Ujian Nasional, Nadiem Makarim Berikan Sejumlah Alasannya