Berkaca dari Kejadian di Rusia, Twitter Nonaktifkan Sejumlah Fitur untuk Perangi Misinformasi Pemilu

- 10 Oktober 2020, 10:31 WIB
Ilustrasi media sosial.*
Ilustrasi media sosial.* /Pixabay./

PR DEPOK – Twitter akan memulai perubahan pada 20 Oktober mendatang. Platform tersebut mencoba untuk mengatasi kekhawatiran yang berkembang, bahwa cuitan kebohongan dapat menyebabkan ketidakstabilan.

Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran, kebohongan dan seruan untuk kekerasan akan menyebar melalui media sosial dalam minggu-minggu menjelang pemilihan presiden (Pilpres).

Oleh karena itu, Twitter dilaporkan telah mengambil langkah-langkah untuk memperlambat arus informasi di jaringannya pada Jumat, 9 Oktober 2020. Bahkan, Twitter mengubah beberapa fitur paling mendasarnya.

Baca Juga: Buka-bukaan Dalang Dibalik Demo Tolak UU Cipta Kerja, Dewi Tanjung: SBY, Uuoppps Nyai Keceplosan

Perubahan sementara akan mengubah tampilan dan nuansa Twitter. Perusahaan pada dasarnya akan memberi pengguna waktu tunggu, misalnya, sebelum mereka dapat menekan tombol untuk me-retweet unggahan dari akun lain.

Jika pengguna mencoba membagikan konten yang telah ditandai Twitter sebagai cuitan palsu, pemberitahuan akan memperingatkan pengguna bahwa mereka akan membagikan informasi yang tidak akurat.

Twitter juga mengatakan akan menambahkan label untuk klaim tentang siapa yang memenangkan pemilu hingga dipanggil oleh sumber yang berwenang.

Perusahaan media sosial berusaha keras untuk menghindari terulangnya pemilu 2016, ketika disinformasi Rusia tidak terkendali di Facebook, Twitter, dan bahkan YouTube, yang dimiliki oleh Google.

Baca Juga: Yunarto Wijaya Sindir Anies Baswedan: Bingung Ada Kepala Daerah gak Marah Assetnya Dirusak

Halaman:

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x