Baca Juga: Genap Berusia 40 Tahun, Gading Marten Akui Sempat Dekat dengan Wanita Berumur 20 Tahun
Diwajibkan manusia untuk selalu bertaubat disebabkan karena dua hal. Pertama, supaya bisa menghasilkan taufik (untuk) ibadah. Sebab, dosa itu bisa menghalangi untuk mengerjakan ibadah dan mengakibatkan hilangnya tauhid.
Belenggu dosa dapat merintangi dari kegesitan berkhitmat kepada Allah dari kemudahan mengerjakan kebaikan dan dari giat dalam ibadah.
Kedua, supaya ibadah dapat diterima Allah. Sebab, kedudukan taubat merupakan pokok dan dasar diterimanya ibadah.
Kedudukan ibadah seolah-olah merupakan tambahan. Seperti seorang pemberi utang yang tidak akan mau menerima tambahan jika pokoknya tidak dipenuhi.
Sehingga, dalam kitab Minhajul Abidin Imam Al-Ghazali mengatakan seorang yang telah menyesal terhadap dosa yang dikerjakan serta ingin bertaubat, maka ada tiga prasyarat yang wajib dipenuhinya :
Pertama, menyadari betapa buruknya dampak dosa-dosa yang telah dilakukan terhadap diri dan hatinya. Kedua, menyadari kepedihan akan siksa dari Allah yang bakal dialami akibat murka dan kemarahan-Nya. Ketiga menyadari besarnya kelemahan dan kekurangan untuk bisa menghindari dan menahan diri dari godaan dosa.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua