PR DEPOK – Kasus Baim Wong dengan seorang kakek bernama Suhud, akhir-akhir ini viral diperbincangkan di media sosial.
Sejumlah warganet mengkritik sikap Baim Wong terhadap Kakek Suhud yang dituding arogan.
Kasus ini lantas mendapat tanggapan dari mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang juga mengenal Baim Wong.
Dalam kanal Youtubenya, KANG DEDI MULYADI CHANNEL, Dedi Mulyadi menilai Baim Wong sebetulnya memilik niat baik untuk memberikan pembelajaran agar tidak meminta-minta.
Namun, Dedi Mulyadi juga mengingatkan, bahwa maksud yang baik juga harus disampaikan dengan cara yang baik.
Anggota Komisi IV DPR RI itu mengaku memiliki pengalaman dengan konteks yang mirip seperti yang dialami Baim Wong saat ini.
Dirinya pernah marah terhadap seorang bapak yang setiap hari keliling meminta sumbangan uang karena mengaku menderita stroke.
Baca Juga: Pantas Lagu-lagunya Puitis, Sal Priadi Ungkap Kebiasaannya Ketika Naksir Cewek: Suka Ngirimin Surat
Dedi Mulyadi kemudian menjelaskan alasannya marah terhadap bapak peminta-minta tersebut.
Pada awalnya dia tidak marah, dan justru ingin menolong bapak tersebut dengan mendatangi rumahnya.
“Saya pernah datang ke rumahnya tawari anaknya pekerjaan, menyiapkan kebutuhan makan selama satu bulan, kebutuhan keluarganya agar dia tidak keliling lagi,” ujar Dedi Mulyadi, dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari kanal Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL.
Bahkan, dia mengungkapkan, bahwa dirinya juga memberikan modal untuk anak bapak tersebut berjualan bubur.
Selain itu, anak bapak tersebut yang masih duduk di bangku Sekolah Teknik Menengah (STM) ditawari untuk bekerja sebagai petugas kebersihan.
Akan tetapi, setelah itu, anak bapak tersebut tidak kunjung datang, dan usaha bubur yang telah diberikan modalnya pun tidak dijalankan.
“Ternyata anaknya tidak datang, yang jualan bubur yang sudah diberi modal tidak juga dilaksanakan,” kata Dedi Mulyadi.
Baca Juga: Rizky Billar Beri Bocoran Soal Nama Anak Pertama dengan Lesti Kejora: Akan Ada...
Hingga kemudian, Dedi Mulyadi melihat kembali bapak tersebut berkeliling untuk meminta-minta.
Dedi Mulyadi berpikir, bahwa bapak tersebut seolah menjadikan sakit yang dialaminya menjadi komoditi untuk dijual agar menimbulkan empati.
“Itu yang membuat saya marah. Kok satu keluarga ini lebih seneng mengeksploitasi bapaknya ini yang penyandang disabilitas dibanding bekerja. Padahal anaknya relatif sehat-sehat, dan cucunya juga jajan setiap hari,” ujarnya.***