Akan tetapi, mengadaptasi film yang sangat fenomenal di negara asalnya bahkan di seluruh dunia bukanlah hal mudah untuk Hanung Bramantyo.
Dia harus berhadapan dengan ekspetasi penonton yang telah menyaksikan versi asli tahun 2013. Dia mengakui tidak mungkin dapat memenuhi 100 persen ekspekstasi penonton.
Selain itu, Hanung Bramantyo yakin pasti akan ada komentar yang membanding-bandingkan Miracle in Cell No.7 versi asli dengan versi Indonesia.
Baca Juga: Geger Penemuan Ubur-ubur 'Alien' di Pantai, Pakar Beri Penjelasan
"Banyak orang sudah menonton. Sudah tahu ceritanya seperti apa, cast-nya seperti apa. maka dari itu sekarang kita dituntut untuk berbeda tapi tidak sampai keluar jalur. Ini berat banget," kata Hanung dalam konfrensi pers daring, Senin 11 Mei 2020.
Akan ada penyesuaian berbagai aspek agar penonton bisa lebih dekat lagi dengan cerita film, dimulai dari iklim yang memegang kunci penyelesaian masalah hingga aspek budaya.
Contohnya, sebagai latar kehidupan tokoh utama, Hanung Bramantyo menghadirkan suasana pemukiman padat dekat rel kereta api yang lazim ditemui di lingkungan masyarakat kelas bawah.
Tampilan yang disebutkan tadi terlihat dalam foto-foto yang dirilis Falcon Pictures.
Akan tetap, hukum yang ditampilkan dalam film versi Indonesia tidak terkait dengan hukum di Indonesia.
Hanung Bramantyo mengatakan, daya tarik film Korea Selatan bercorak drama komedi itu adalah kemampuan sutradara menuntun emosi penonton.