'Minuman Keras' Karya Terakhir Sapardi Djoko Damono yang Tak Selesai

- 19 Juli 2020, 13:03 WIB
SAPARDI Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu 19 Juli 2020 pukul 09.17 WIB.*
SAPARDI Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu 19 Juli 2020 pukul 09.17 WIB.* /ANTARA

PR DEPOK - Kepergian sastrawan yang juga penyair kondang Sapardi Djoko Damono membuat rasa sedih bagi seluruh pecinta karya sastra.

Puluhan syair dan novel telah dituliskannya yang kata demi katanya membius para pembacanya dalam pesan tersirat maupun tersurat yang ingin disampaikannya.

Sebelum Sapardi Djoko Damono pergi, ada satu karya yang belum berhasil ia tuntaskan. Novel berjudul "minuman keras" menjadi karya terakhir yang ia unggah dalam Instagramnya pribadinya @damonosapardi oada 10 Juni 2020.

Baca Juga: Empat Masker Kain Ini Banyak Dipakai Masyarakat untuk Cegah Covid-19, Manakah yang Paling Efektif? 

Novel Minuman Keras karya Sapardi Djoko Damono yang menjadi karya terakhirnya yang tidak selesai.*
Novel Minuman Keras karya Sapardi Djoko Damono yang menjadi karya terakhirnya yang tidak selesai.* Instagram @damonosapardi

"Barangkali hidup adalah doa yang panjang dan sunyi adalah minuman keras. Ia mengangguk, entah kepada siapa. Ia merasa Tugan sedang memandangnya dengan curiga. Ia pun bergegas," sepenggal kata dalam novel Minuman Keras.

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu, 19 Juli 2020 di salah satu Rumah Sakit di Tangerang Selatan.

Sapardi Djoko Damono wafat di usia ke-80 tahun yang dikabarkan karena penurunan fungsi organ tubuh.

Sebelumnya, ia dirawat di Rumah Sakit Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan sejak Kamis, 9 Juli 2020 lalu karena menurunnya fungsi organ tubuh.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 

(WORK IN PROGRESS) Barngkali hidup adalah doa yang panjang dan sunyi adalah minuman keras. Ia mengangguk, entah kepada siapa.

Sebuah kiriman dibagikan oleh sapardi djoko damono (@damonosapardi) pada

 

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Negara Palestina Telah Dihapus Google dari Peta Dunia 

Sapardi Djoko Damono berkarya dalam dunia sastra Indonesia sejak tahun 1950-an hingga kini. Puluhan karya turut dihasilkannya.

Dari puluhan puisi dan cerita pendek, terdapat beberapa karya yang terngiang-ngiang di telinga pecinta sastra Tanah Air yakni "Yang Fana Adalah Waktu", "Aku Ingin", dan "Hujan Bulan Juni".

"Aku ingin mencintaimu sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu sederhana. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada," sepenggal puisi "Aku Ingin".

Baca Juga: Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia di Usia ke-80 Tahun, Hujan Air Mata di Bulan Juli 

"Yang fana adalah waktu. Kita abadi: memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga. Sampai pada suatu hari, kita lupa untuk apa. 'Tapi yang fana adalah waktu, bukan?' tanyamu. Kita abadi," sepenggal puisi "Yang Fana adalah Waktu".

"Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, dirahasiakannya rintik rindunya, kepada pohon bebrunga itu. Tak ada yang lebih bijak dari hujan di bulan Juni, dihapuskannya jejak-jejak kakinya, yang ragu-ragu di jalan itu. Tak ada yang lebih arif dari Hujan di bulan Juni, dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu," sepenggal puisi "Hujan Bulan Juni".***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x