Kerusakan Rambut Ternyata Bisa Tandai Adanya Penyakit Jantung

27 Mei 2023, 06:11 WIB
Kerusakan rambut ternyata bisa menandakan adanya penyakit jantung. /Freepik/master1305

PR DEPOK – Kerusakan rambut ternyata bisa tandai adanya penyakit jantung. Sebuah studi baru di Belanda menemukan adanya kaitan kondisi rambut dengan kemungkinan adanya penyakit jantung pada seseorang.

 

Kerusakan rambut ini bisa terjadi karena adanya hormon stres dalam tubuh. Masalah hormon stres sering ditandai kondisi rambut yang buruk, kuku terkelupas, atau kulit pecah-pecah.

Namun perlu diketahui, fenomena tersebut juga dapat diindikasikan serius tentang masalah kesehatan.

Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari PMJ News hormon stres pada rambut dan kulit kepala lebih dari 6.000 sampel rambut yang diperoleh dari pria dan wanita dewasa.

Baca Juga: Prediksi Skor Sampdoria vs Sassuolo: Head to Head dan Susunan Pemain

Selanjutnya, sampel rambut tersebut dianalisis serta ditindaklanjuti selama lima hingga tujuh tahun. Dari penelitian sampel rambut tersebut ditemukan setidaknya 133 kejadian penyakit kardiovaskular selama masa studi.

Individu yang memiliki peningkatan kadar hormon kortisol dan kortison beresiko dua kali lipat mengalami penyakit kardiovaskular.

Namun bagi individu yang berusia 57 tahun ke atas, tidak ada hubungan kortisol rambut dan kadar kortisol dengan penyakit kardiovaskular.

Seorang penulis studi dari Pusat Medis Universitas Erasmus di Rotterdam, Profesor Elisabeth van mengatakan jika para peneliti berharap analisis rambut berpotensi berfungsi sebagai tes untuk membantu dokter dalam mengidentifikasi individu yang beresiko tinggi penyakit kardiovaskular untuk menghasilkan pendekatan pengobatan baru di masa depan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer, Leo, Virgo 27 Mei 2023: Gregetan Saat Kerja hingga Makin Cinta dengan Kekasih

“Harapannya adalah bahwa analisi rambut pada akhirnya terbukti bermanfaat sebagai tes yang dapat membantu dokter menentukan individu mana yang mungkin berisiko tinggi terkena kardiovaskular,” ujar Elisabeth.

“Kemudian, mungkin di masa depan penargetan efek hormon stres dalam tubuh bisa menjadi metode baru target pengobatan,” lanjutnya.***

Editor: Tesya Imanisa

Sumber: PMJ News

Tags

Terkini

Terpopuler