PR DEPOK - Pernahkah Anda merasakan trauma? Baik itu kejadian sekali atau situasi jangka panjang, trauma meninggalkan dampak yang bisa dirasakan.
Meski kejadian traumatis sudah berlalu, efeknya bisa muncul kembali dalam bentuk pemicu. Pemicu bisa berupa suara, bau, atau orang yang membuat Anda teringat pada trauma dan menghidupkannya kembali.
Artikel ini akan menjelaskan mengapa pemicu terjadi, tanda-tanda terpicu, dan cara penyembuhannya yang sudah dirangkum PikiranRakyat-Depok.com dari laman resmi Healthline, diantaranya:
Baca Juga: Informasi Cara Cek Penerima PKH Tahap 4 yang Cair November 2023
Proses Trauma
Bagaimana otak kita berkembang? Dr. Monica Johnson menjelaskan model otak triune yang membantu memahami pemicu dan trauma. Pada zaman prasejarah, otak reptil memberikan respons otomatis untuk bertahan hidup. Seiring evolusi, otak mamalia muncul untuk memproses emosi, dan neokorteks untuk pemikiran logis. Ketiga bagian ini bekerja bersama dalam "proses trauma dari bawah ke atas."
Otak yang Terpicu
Pemicu terjadi karena otak menjadi hipersensitif terhadap rangsangan. Saat trauma terjadi, rangsangan melalui tiga bagian otak. Misalnya, verbal abuse memicu otak reptil, kemudian otak mamalia memunculkan emosi seperti ketakutan dan kemarahan, dan neokorteks mencoba memahami kejadian itu. Saat ini, pemicu seperti suara keras dapat membuat kita merasakan kembali trauma.
Baca Juga: Wow Mantap Banget! 8 Bakso Paling Enak yang Ada di Palembang, di Sini nih Alamatnya
Tanda-tanda Terpicu
Dr. Karmen Thulin menjelaskan beberapa tanda trauma terpicu. Kemarahan atau iritabilitas yang tidak proporsional, perubahan mood yang tidak dapat dijelaskan, dissociation yang membuat kita merasa terputus dari waktu dan tempat, dan kecemasan yang membuat kita terjebak dalam siklus kekhawatiran. Penting untuk mengenali tanda-tanda ini.
Penyembuhan
Pendekatan penyembuhan dari bawah ke atas dapat membantu. Fokus pada otak reptil dan mamalia, di mana trauma umumnya terdapat, membantu merewiring otak.