Mengapa 10 Hari Terakhir di Bulan Ramadhan Begitu Istimewa? Ini Alasan yang Perlu Diketahui

- 29 Maret 2024, 13:00 WIB
Berikut ini merupakan beberapa alasam 10 hari terakhir di bulan Ramadhan begitu istimewa, perlu banyak beribadah.
Berikut ini merupakan beberapa alasam 10 hari terakhir di bulan Ramadhan begitu istimewa, perlu banyak beribadah. /Pixabay

PR DEPOK - Diantara keistimewaan Bulan Ramadhan yang penuh berkah, 10 hari terakhir bulan ini memiliki nilai yang sangat istimewa dalam kehidupan seorang Muslim.

Dari malam-malam penuh kemuliaan hingga peningkatan ibadah yang dianjurkan, berikut adalah beberapa alasan mengapa 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan begitu istimewa dan perlu kita ketahui.

Bulan Ramadhan selalu membawa berkah dan keutamaan yang tak terhingga. Di antara segala momen berharga dalam bulan suci ini, 10 hari terakhir Ramadhan merupakan periode istimewa yang penuh berkah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan utama umat Islam, mencontohkan betapa pentingnya memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT di saat-saat terakhir ini.

Baca Juga: KJP April 2024 Kapan Cair kepada Siswa? Ini Jadwal Pencairan dan Cara Cek Status Penerima Online

10 hari terakhir bukanlah waktu untuk sibuk berbelanja baju Lebaran atau mengatur menu untuk hari raya. Lebih dari itu, inilah saatnya kita fokus pada ibadah, mempererat hubungan dengan Allah, sambil juga mempererat hubungan keluarga.

Meskipun Rasulullah SAW menyisihkan waktu bersama istri-istrinya demi intensitas ibadahnya di 10 hari terakhir, kita sebagai umatnya sekarang juga dapat menyatukan hubungan spiritual dengan hubungan sosial, terutama dengan keluarga.

Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Hajar Al Asqolani (Bulughul Marom, hadits no. 698), disebutkan bahwa alasan Rasulullah SAW beribadah dengan tekun di 10 hari terakhir Ramadhan adalah untuk meraih lailatul qadar, malam yang penuh berkah dan kemuliaan.

'Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Halaman:

Editor: Linda Agnesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x