Dampak Invasi Rusia ke Ukraina, Timur Tengah Bersiap Hadapi Krisis Pangan dan Bahan Bakar

27 Februari 2022, 15:00 WIB
Timur Tengah kini tengah menghadapi krisis pangan dan bahan bakar yang disebabkan oleh invasi Rusia terhadap Ukraina. /REUTERS/Ramzi Boudina/

PR DEPOK - Beberapa negara Arab, termasuk Yaman dan Tunisia, kini tengah mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dan makanan mereka akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Eye pada Minggu, 27 Februari 2022, wilayah Timur Tengah bersiap hadapi kekurangan bahan bakar dan makanan setelah Rusia menginvasi Ukraina.

Di Yaman, sektor komersial dan ekonominya dikabarkan akan sangat terdampak, terutama jika Rusia dan sekutunya semakin memperketat blokade di pelabuhan Yaman.

Abd al-Salam al-Aghbari, seorang pedagang gandum, mengatakan bahwa pasar Yaman sangat bergantung pada gandum yang diimpor dari Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer, Leo dan Virgo Besok, Senin 28 Februari 2022: akan Bertemu Seseorang yang Menawan

Yaman mengimpor sebagian besar gandumnya dari Rusia, Australia, Ukraina, dan Amerika. Sumber mengkonfirmasi bahwa gandum diimpor melalui negara-negara Arab seperti Mesir, yang pada gilirannya bergantung pada impor dari Rusia dan Ukraina juga.

Di Tunisia, yang mengimpor sekitar 80 persen gandumnya dari Ukraina, rasa kekhawatiran meningkat menyusul pecahnya perang di Eropa timur.

Selain kemungkinan terganggunya pengiriman gandum, anggaran Tunisia juga mengalami tekanan akibat lonjakan harga minyak di pasar global.

Sementara di Suriah, pemerintah Bashar al-Assad yang pro Rusia berencana melakukan sejumlah langkah penghematan mengingat invasi Rusia ke Ukraina dan potensi dampaknya terhadap ekonominya.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina, Ini Dampak Positif dan Negatif untuk Indonesia

Pemerintah Suriah mengumumkan niatnya untuk mengembangkan rencana selama dua bulan ke depan dalam mengatur distribusi semua turunan minyak dan secara bertahap mengurangi jumlah yang dipasok ke pasar.

Pejabat pemerintah Suriah juga telah bertemu di Damaskus guna membahas kemungkinan fluktuasi ekonomi yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi pasar lokal, terutama energi, makanan dan transportasi.

Di Teluk, Kuwait dikabarkan memiliki cukup gandum dan biji-bijian untuk bertahan lebih dari setahun di tengah kecemasan yang meluas atas dampak invasi Rusia ke Ukraina.

Volume impor tahunan Kuwait dari Ukraina bernilai sekitar Rp616 miliar, yang sebagian besar adalah barang-barang non-makanan, sebuah sumber pemerintah mengatakan kepada Al-Qabas.

Baca Juga: Kapal Perang Amerika Serikat Lintasi Selat Taiwan, China: Itu Tindakan Provokatif

Kuwait merasa aman karena bahan makanan di pasar lokalnya kebanyakan diimpor dari Asia, Eropa dan Afrika, bukan dari wilayah yang tengah berperang saat ini.

Baik Rusia maupun Ukraina adalah pemasok utama gandum dunia, jelai dan biji-bijian pokok lainnya. Wilayah timur Ukraina, yang paling rentan terhadap serangan Rusia, memiliki lahan pertanian paling produktif.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Middle East Eye

Tags

Terkini

Terpopuler