Vladimir Putin Atur Ulang Proyek Minyak dan Gas Sakhalin-2 Rusia, Negara Barat Terancam?

2 Juli 2022, 15:20 WIB
erusahaan minyak dan gas Sakhalin Energy di Prigorodnoye di pulau Pasifik Sakhalin, Rusia / /Vladimir Soldatkin/REUTERS

PR DEPOK - Presiden Vladimir Putin telah menandatangani dekrit untuk mengalihkan hak proyek raksasa minyak dan gas alam cair Sakhalin-2 ke perusahaan baru Rusia.

Pengaturan ulang hak proyek minyak dan gas alam cair Sakhalin-2 merupakan tanggapan atas tindakan dari "negara-negara yang tidak bersahabat".

Keputusan Rusia ini kemungkinan dapat memaksa keluar pemangku kepentingan asing, termasuk investor Inggris dan Jepang.

Baca Juga: Hari Ini Batas Akhir Beli Pelatihan Kartu Prakerja Gelombang 31, Gunakan Saldo Sebelum Diblokir

Untuk diketahui, Sakhalin-2 adalah salah satu proyek LNG terbesar di dunia dengan produksi tahunan 12 juta ton.

Usaha patungan antara Gazprom Rusia, Mitsui Jepang dan Mitsubishi dan Shell yang berbasis di Inggris diluncurkan pada tahun 2009.

Fasilitas ini terletak di pulau Sakhalin Rusia di Samudra Pasifik, utara Jepang dan merupakan pemasok LNG terutama di pasar Asia.

Baca Juga: Cara Cek Tagihan Listrik Token Online dan Pembayaran Lewat Aplikasi PLN Mobile, Cuma Modal HP

Siapa pemangku kepentingan dalam proyek?

Sakhalin-2 dikelola dan dioperasikan oleh Sakhalin Energy Investment Company selaku pemegang saham terbanyak (50 persen).

Satu saham milik raksasa energi Saint Petersburg Gazprom, Shell memegang 27,5 persen, saham Mitsui 12,5 persen dan Mitsubishi memiliki 10 persen.

Dalam keputusan terbaru Vladimir Putin, terkesan menciptakan perusahaan Rusia baru untuk mengambil alih semua hak dan kewajiban Investasi Energi Sakhalin.

Baca Juga: Jadwal Buka dan Konser Jakarta Fair atau PRJ Kemayoran 2022 Hari Ini Sabtu, 2 Juli 2022

Gazprom akan mempertahankan sahamnya sementara mitra lainnya memiliki waktu satu bulan untuk menunjukkan apakah mereka menginginkan saham di perusahaan baru.

Jika izin ditolak oleh pemerintah Rusia, sahamnya akan divestasi dan hasil penjualan akan dipindahkan ke rekening khusus.

Uang itu kemudian dapat digunakan untuk membayar ganti rugi yang tidak ditentukan atau dikirim ke pemegang saham berdasarkan perjanjian bagi hasil, menurut keputusan tersebut. Mereka yang memilih untuk keluar mungkin tidak mendapat kompensasi penuh.

Baca Juga: 4 Zodiak yang Penuh dengan Kreativitas dan Paling Artistik

Perubahan kepemilikan Sakhalin-2 tidak dapat dianggap sebagai nasionalisasi.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan setiap situasi akan dipertimbangkan berdasarkan kasus per kasus.

Perusahaan Shell mengatakan bahwa pihaknya mengetahui keputusan Vladimir Putin.

"Perusahaan menjelaskan niatnya untuk keluar dari proyek beberapa bulan lalu dan telah melakukan pembicaraan dengan pembeli potensial, termasuk dari China dan India. Rencana-rencana itu tampaknya terancam,” kata perusahaan seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Rusia Today.

Baca Juga: Tips Lolos Seleksi dan Estimasi Waktu Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 35

Jepang sebelumnya mengatakan tidak akan melepaskan kepentingannya dalam proyek Sakhalin-2, yang penting untuk keamanan energinya.

Rusia sebelumnya menuduh Jepang mendapat manfaat dari partisipasinya dalam proyek tersebut sementara menjadi “negara yang tidak bersahabat” yang bergabung dengan Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Para ahli menilai tidak mudah bagi Jepang untuk menarik diri dari proyek tersebut.

Pasalnya, mengganti LNG Rusia dari Sakhalin-2 dilaporkan akan menelan biaya bagi Jepang 15 miliar dolar, dengan label harga untuk impor melonjak 35 persen jika Mitsui dan Mitsubishi memilih keluar.

Baca Juga: Jadwal Konser Jakarta Fair Hari Ini Sabtu, 2 Juli 2022, Lengkap dengan Harga Tiket dan Cara Beli Online

Akan tetapi, Rusia bisa membuat keputusan untuk Jepang dan mengalihkan impornya ke negara lain, seperti China, India, atau Vietnam.

Rusia tidak melihat alasan untuk menghentikan pasokan dari Sakhalin-2 setelah operator baru mengambil alih.

Namun, beberapa analis memperingatkan langkah itu mungkin mengganggu pasar LNG yang sudah ketat, dengan mempertimbangkan bahwa Uni Eropa menambah persaingan yang meningkat untuk gas alam cair di tengah krisis energi global.

Adapun Sakhalin-2 memasok sekitar 4 persen dari pasar LNG dunia saat ini.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Rusia Today

Tags

Terkini

Terpopuler