Tolak Keras Rencana Gencata Senjata Singkat Rusia, Volodymyr Zelenskyy: Hanya akan Memperburuk Situasi

20 November 2022, 08:27 WIB
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menolak keras proposal gencatan sejata singkat Rusia, sebut hanya akan memperburuk situasi. /Reuters/

PR DEPOK – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menolak keras proposal Rusia terkait apa yang disebut sebagai gencatan senjata singkat.

Menurut Zelenskyy, hal itu akan memungkinkan pasukan Rusia untuk mendapatkan kembali kekuatan setelah menderita serangkaian kekalahan di medan perang.

Pejabat di Rusia telah berulang kali mengatakan mereka siap untuk terlibat dalam pembicaraan damai tanpa syarat apa pun.

Akan tetapi, tidak jelas apakah mereka telah membuat tawaran gencatan senjata resmi seperti yang disebutkan oleh Zelenskyy.

Baca Juga: 20 November Peringati Hari Anak Internasional 2022, Sejarah Singkat dan 15 Link Twibbon

“Rusia sekarang mencari gencatan senjata singkat, jeda untuk mendapatkan kembali kekuatan. Seseorang mungkin menyebut ini akhir perang, tetapi jeda seperti itu hanya akan memperburuk situasi,” kata pemimpin Ukraina itu.

“Perdamaian yang benar-benar nyata, tahan lama, dan jujur ​​hanya bisa menjadi hasil dari penghancuran total agresi Rusia,” ia menambahkan, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Al Jazeera.

Amerika Serikat mengatakan hanya Zelenskyy yang dapat memutuskan kapan akan membuka pembicaraan damai dengan Rusia.

Baca Juga: Jadwal Tayang dan Harga Tiket Film Sri Asih Minggu, 20 November 2022 di Bioskop Cinema XXI Surabaya

Mereka menolak anggapan bahwa pihaknya menekan Kyiv untuk merundingkan diakhirinya perang hampir sembilan bulan yang dipicu oleh invasi Moskow.

Jenderal Mark Milley, perwira tinggi militer AS, mengatakan minggu ini bahwa meskipun Ukraina telah mencapai keberhasilan utama di medan perang, Moskow masih menguasai 20 persen wilayah negara itu, dan tampaknya pasukan Kyiv tidak akan memaksa Rusia keluar dalam waktu dekat.

Ukraina mendapatkan kembali kendali atas kota Kherson yang penting secara strategis di selatan minggu lalu. Kota itu telah diduduki oleh pasukan Rusia sejak awal perang pada akhir Februari.

Baca Juga: Elon Musk Pertimbangkan Aktifkan Kembali Akun Twitter Donald Trump, Puluhan Pengguna Mendukung

Kherson menandai serangan balasan penting ketiga setelah pasukan Ukraina memukul mundur pasukan Rusia di dekat Kyiv pada bulan April dan merebut kembali sebagian besar wilayah di timur laut pada bulan September.

Zelenskyy mengatakan bahwa penyelidik telah mendokumentasikan lebih dari 400 kejahatan perang Rusia di Kherson.

The Conflict Observatory, sebuah kelompok penelitian tentang kejahatan perang di bawah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Yale, mengatakan telah mendokumentasikan 226 penahanan di luar hukum dan penghilangan paksa di kota selatan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Leo, Virgo, Libra dan Scorpio 20 November 2022: Nikmati Weekend Hari Ini

Sekitar seperempat dari jumlah itu diduga mengalami penyiksaan dan empat meninggal dalam tahanan.

Sebagian besar penahanan dan penghilangan dilakukan oleh militer Rusia dan badan keamanan FSB, dan setengah dari mereka yang ditangkap tampaknya tidak dibebaskan.

Laki-laki usia militer termasuk pegawai negeri, pemimpin masyarakat sipil, guru, aparat penegak hukum dan jurnalis merupakan bagian besar dari mereka yang ditahan dan hilang.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler