Hasil KTT G20 di Italia, Pertemuan yang Dihadiri Jokowi dan Pemimpin Dunia Lainnya

- 1 November 2021, 11:52 WIB
KTT G20 baru saja diselenggarakan pada 30-31 Oktober 2021 di Roma, Italia, kemarin untuk pertama kalinya dalam dua tahun.
KTT G20 baru saja diselenggarakan pada 30-31 Oktober 2021 di Roma, Italia, kemarin untuk pertama kalinya dalam dua tahun. /REUTERS/Yara Nardi.

PR DEPOK - KTT G20 telah dilaksanakan pada 30 hingga 31 Oktober 2021 di Roma, Italia, kemarin untuk pertama kalinya dalam dua tahun.

Dalam pertemuan KTT tersebut, para pemimpin G20 memiliki agenda penuh mengenai kesepakatan tentang perubahan iklim, pandemi Covid-19, pajak penting, dan kekhawatiran ekonomi global.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian, Senin 1 November 2021, berikut merupakan ringkasan hasil KTT G20 yang dilaksanakan di Roma, Italia.

Baca Juga: Akhirnya Tepati Janji, Raffi Ahmad Belikan Rumah Seharga Rp1 Miliar untuk Merry Ahmad

1. Perubahan iklim

Para pemimpin berkomitmen pada tujuan utama Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri, berjanji tindakan terhadap pembangkit batubara yang kotor, tetapi gagal mencapai target nol emisi.

Mereka juga berjanji untuk mencapai target emisi nol karbon bersih pada atau sekitar pertengahan abad, alih-alih menetapkan tanggal 2050 yang jelas, seperti yang diharapkan para juru kampanye dan tuan rumah KTT Italia.

Selain itu, para pemimpin juga sepakat untuk berhenti mendanai pembangkit listrik tenaga batubara kotor baru di luar negeri pada akhir tahun 2021.

Baca Juga: SBY Disebut Tak Dipercaya Jadi Presidensi G20 Seperti Jokowi saat Ini, Rachland Nashidik: Itu Giliran

Kemudian menegaskan kembali komitmen yang sejauh ini belum terpenuhi untuk memobilisasi 100 miliar dollar bagi negara-negara berkembang untuk biaya adaptasi iklim.

2. Perpajakan

Para pemimpin setuju untuk mengenakan pajak minimum 15 persen pada perusahaan multinasional sebagai bagian dari upaya untuk membangun sistem pajak internasional yang lebih stabil dan lebih adil.

Kemudian raksasa internet AS seperti Amazon, induk Google Alphabet, Facebook, dan Apple yang telah diuntungkan dengan menempatkan di negara-negara dengan pajak rendah untuk meminimalkan tagihan pajak mereka.

Baca Juga: Cipta Panca Komentari Presiden Jokowi yang Jadi Ketua G20: Itu Memang Jabatan Bergilir, kok Dianggap Prestasi

Setiap negara yang mengambil bagian dalam kesepakatan global harus terlebih dahulu meloloskan undang-undang nasional dan Presiden AS Joe Biden termasuk di antara yang menghadapi oposisi domestik yang keras terhadap rencana tersebut.

Namun demikian, G20 meminta kelompok kerja yang relevan di dalam OECD dan G20 untuk segera mengembangkan model aturan dan instrumen multilateral dengan maksud untuk memastikan bahwa aturan baru akan mulai berlaku di tingkat global pada tahun 2023.

3. Vaksin

Para pemimpin berjanji untuk mendukung tujuan WHO untuk melakukan vaksinasi setidaknya 40 persen populasi dunia pada tahun 2021, dan 70 persen pada pertengahan tahun depan.

Baca Juga: Ada Surat Tugas kepada Tersangka Pembunuhan 6 Laskar FPI, Ali Syarief: Artinya Pelanggaran HAM Berat

Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan pasokan vaksin Covid-19 di negara-negara berkembang dan menghilangkan kendala pasokan dan pembiayaan.

Selain itu, mereka juga berjanji untuk bekerja sama dalam mengakui bahwa vaksin Covid-19 dianggap aman dan manjur oleh WHO setelah keluhan yang disampaikan Presiden Rusia, Vladimir Putin tentang kurangnya persetujuan internasional untuk tusukan Sputnik V Moskow.

4. Ekonomi global

Para pemimpin G20 sepakat mengesampingkan penghapusan langkah-langkah stimulus nasional dengan tergesa-gesa.

Hal tersebut dilakukan setelah meningkatnya inflasi yang didorong oleh lonjakan harga energi, dan kemacetan rantai pasokan membebani ekonomi dunia yang masih belum pulih dari gangguan terkait Covid-19.

Baca Juga: 7 Fakta November Rain, Lagu Guns N' Roses, Menjadi Kalimat yang Selalu Muncul Setiap Tahun

Mengenai inflasi, mereka mengatakan bank sentral sedang memantau dinamika harga saat ini dengan cermat dan akan bertindak sesuai kebutuhan untuk memenuhi mandat mereka.

Kesepakatan ini juga termasuk stabilitas harga sambil melihat melalui tekanan inflasi di mana mereka bersifat sementara dan tetap berkomitmen untuk komunikasi yang jelas tentang sikap kebijakan.

Selain itu, mereka juga berjanji untuk tetap waspada terhadap tantangan global yang berdampak pada ekonomi seperti gangguan dalam rantai pasokan, memantau dan mengatasi masalah ini saat ekonomi pulih.

5. Bantuan pengembangan

Baca Juga: Sebut Jokowi Dapat Penghormatan Khusus saat Hadiri KTT G20, Dedek: Mau Bagaimanapun Dicari Celah Nyinyir...

Para pemimpin menetapkan target baru untuk menyalurkan 100 miliar dollar ke negara-negara termiskin yang berasal dari dana 650 miliar dollar yang disediakan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) melalui penerbitan baru Special Drawing Rights (SDR).

SDR bukanlah mata uang, tetapi dapat digunakan oleh negara-negara berkembang baik sebagai mata uang cadangan yang menstabilkan nilai mata uang domestik mereka, atau diubah menjadi mata uang yang lebih kuat untuk membiayai investasi.

Sementara itu untuk negara-negara miskin, bunganya juga untuk mendapatkan mata uang tanpa harus membayar suku bunga yang besar.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah