Amerika Serikat Jadi Negara dengan Kasus Kematian Akibat Corona Terbanyak, Geser Italia

- 12 April 2020, 17:46 WIB
JEMBATAN Brooklyn di New York sepi saat pandemi virus corona Jumat 10 April 2020.*
JEMBATAN Brooklyn di New York sepi saat pandemi virus corona Jumat 10 April 2020.* /EDUARDO MUNOZ/REUTERS/

PIKIRAN RAKYAT - Amerika Serikat kini menjadi negara dengan kasus kematian akibat virus corona terbanyak di dunia.

Sejak akhir Maret hingga April 2020, Amerika Serikat terus melaporkan lonjakan kasus kematian akibat virus corona. Amerika Serikat mengonfirmasi kasus virus corona pertama pada 20 Januari 2020 lalu.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Mothership, berdasarkan data yang dihimpun dari Rumah Sakit John Hopkins, Minggu 12 April 2020 pukul 12.54, Amerika Serikat telah melaporkan 19.700 kematian.

Angka tersebut menggeser posisi Italia sebagai negara dengan kasus kematian akibat virus corona terbesar sebelumnya, yakni 19.468 orang.

Baca Juga: Dokter Bingung, Seorang Pria Suntikkan Cairan Sperma Sendiri demi Sembuhkan Nyeri Punggung

Sejak kasusnya dikonfirmasi pertama kali empat bulan lalu, kini Amerika Serikat telah melaporkan lebih dari 506.000 kasus positif virus corona. Mayoritas pasien masih mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Sebagai upaya meyakinkan rakyatnya akan upaya pemerintah menanggulangi pandemi virus corona, dalam konferensi persnya yang digelar pada 11 April lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, warga Amerika Serikat merupakan orang dengan mobilitas terbaik bahkan sejak Perang Dunia II.

Dia juga mengatakan bahwa strategi agresif akan menyelamatkan banyak nyawa.

Donald Trump menyebut, pemerintah tengah melakukan upaya luar biasa untuk melawan pandemi virus corona.

Baca Juga: PSBB Depok, Wali Kota Mohammad Idris: Tak Bisa Jiplak Jakarta

Bila Indonesia punya Jakarta sebagai pusat penyebaran virus corona, Amerika Serikat mencatat New York sebagai pusat kasus tersebut.

Hingga 11 April 2020, New York telah melaporkan total 8.627 kasus kematian akibat virus corona.

Melihat begitu banyaknya korban, Gubernur New York Andrew Cuomo mendesak warganya tetap di dalam rumah selama akhir pekan.

Tak ada perayaan Paskah di gereja demi memangkas gelombang kedua transimi komunitas sebagai penyebar virus corona.

"Hal terburuk yang dapat terjadi adalah kita membuat kesalahan langkah, dan membiarkan emosi kita melampaui logika kita," kata Andrew Cuomo.

Baca Juga: Gejala Baru Virus Corona Dinilai Aneh, Penderita Kehilangan Ketajaman Penciuman

Pada 25 Maret 2020, Donald Trump mengatakan, dia berharap rakyatnya akan kembali bekerja seperti biasa mulai 12 April 2020, bertepatan dengan perayaan Paskah.

Akan tetapi, keinginan Donald Trump tinggal angan-angan, sebab saat Paskah, kasus virus corona di Amerika Serikat justru semakin bertambah banyak.

Donald Trump mengatakan pada 30 Maret 2020 bahwa harapannya itu hanyalah aspirasi, dia disarankan untuk tidak bertindak tergesa-gesa.

Terkait pembatasan sosial untuk meminimalisasi bertambahnya pasien Covid-19, Donald Trump telah memperpanjang masa kebijakan social distacing hingga 30 April 2020.*** 

Editor: Yusuf Wijanarko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah