Ketegangan Kembali Memuncak, Rusia Bangun Markas Militer Dekat Perbatasan Ukraina

- 17 Februari 2022, 14:30 WIB
Ilustrasi konflik Rusia dan Ukraina
Ilustrasi konflik Rusia dan Ukraina /REUTERS/Alexander Ermochenko/File Photo

PR DEPOK - Kehadiran pasukan militer Rusia dikabarkan semakin meningkat, setelah mereka membangun markas kecil di perbatasan wilayah Ukraina.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters, mulai terlihat lebih banyak kendaraan lapis baja, helikopter dan tenda rumah sakit di perbatasan Rusia dan Ukraina, kata kepala intelijen pertahanan Inggris.

Lebih lanjut, terdapat sekitar lebih dari 7.000 tentara telah dipindahkan ke perbatasan dalam beberapa hari terakhir, pada Rabu 16 Februari, kata Presiden AS Joe Biden, tanpa memberikan bukti yang konkret.

Baca Juga: Mahfud MD Soal Beragama: bila Tidak dengan Damai Berarti Artinya Ada yang Salah

Sebagai informasi, Rusia kabarnya ingin menghentikan Ukraina bergabung dengan aliansi militer NATO, setelah berebut pengaruh pasca-perang dingin selama beberapa dekade.

Demi meredakan kebuntuan, sejumlah negara-negara barat telah menyarankan gencatan senjata, demi membangun kembali kepercayaan pada kedua belah pihak.

Pengendalian senjata tersebut bertujuan untuk mendesak warga segera meninggalkan Ukraina, karena serangan bisa datang kapan saja, meskipun Rusia menyangkal memiliki rencana untuk menyerang.

Baca Juga: Singgung Petinggi yang KPK Bermasalah, Novel Baswedan Pertanyakan Soal Integritas

"Apa yang Rusia katakan, kami belum melihat mundurnya pasukan mereka," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

"Kami terus melihat unit-unit penting bergerak menuju perbatasan, bukan menjauh dari perbatasan," tambahnya.

Sementara itu, menurut Mikk Marran, yang merupakan Badan Intelijen Estonia, mengetahui ada sekitar 10 kelompok tentara bergerak menuju perbatasan Ukraina, di mana mereka diperkirakan sekitar 170.000 tentara telah dikerahkan.

Baca Juga: Vietnam akan Membuka Kembali Sepenuhnya untuk Turis Asing Mulai 15 Maret

"Jika Rusia berhasil di Ukraina, itu akan mendorongnya untuk meningkatkan tekanan pada Baltik di tahun-tahun mendatang, ancaman perang telah menjadi alat kebijakan utama bagi Putin," kata Mikk Marran.

Di sisi lain, Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya ditarik kembali setelah latihan di distrik militer selatan dan barat didekat Ukraina.

Duta Besar Moskow untuk Irlandia juga bersikeras bahwa pasukan di Rusia barat akan kembali ke posisi normal mereka, dalam tiga hingga empat minggu mendatang.

Komandan militer NATO saat ini sedang menyusun rencana untuk unit tempur baru, yang menurut para diplomat dapat dikerahkan di Bulgaria, Rumania, Hongaria, dan Slovakia.

Baca Juga: Sikapi Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo: Pasti Saya Sikat

Unit-unit tempur itu dirancang untuk mengulur waktu bagi tentara tambahan untuk mencapai garis depan jika diperlukan, dan sudah ada di Polandia serta negara-negara Baltik.

Inggris kabarnya juga akan menggandakan kekuatannya di Estonia, untuk mengirim tank dan kendaraan tempur lapis baja ke republik Baltik kecil yang berbatasan dengan Rusia, sebagai bagian dari penempatan aliansi militer NATO.

Menanggapi hal tersebut, Ukraina juga meningkatkan jumlah penjaga perbatasan di perbatasannya dengan Belarus, yang merupakan sekutu Rusia, di mana adan sekitar 9.000 tentara Rusia diperkirakan terlibat dalam latihan militer disana.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, telah datang dan membantu meningkatkan moral warga Ukraina, serta mengamati latihan angkatan bersenjatanya yang mencakup rudal anti-tank Javelin.

Baca Juga: Vietnam akan Membuka Kembali Sepenuhnya untuk Turis Asing Mulai 15 Maret

"Tidak ada yang bisa mencintai rumah kita selain kita sendiri, dan hanya kita, bersama-sama bisa melindungi rumah kita," kata Volodymyr Zelenskiy.

Warga Ukraina juga mengibarkan bendera dan memainkan lagu kebangsaan mereka, untuk menunjukkan persatuan melawan ketakutan akan invasi.

Pemerintah Ukraina mengatakan, serangan siber yang menghantam kementerian pertahanan adalah yang terburuk, yang pernah dilihat negara itu, dan menuding Rusia telah terlibat.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah Amerika Serikat masih belum dapat mengatakan siapa yang bertanggung jawab atas serangan siber tersebut.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah