Pertempuran Sengit Berkecamuk, Korban Tewas Sudan Bertambah Menjadi 56 Orang

- 16 April 2023, 20:55 WIB
Pasukan Militer Sudan - Korban tewas di Sudan di tengah pertempuran yang terus berkecamuk menjadi bertambah hingga 56 orang.
Pasukan Militer Sudan - Korban tewas di Sudan di tengah pertempuran yang terus berkecamuk menjadi bertambah hingga 56 orang. /Reuters/Andreea Campeanu/

PR DEPOK - Pada hari kedua pertempuran di ibu kota Sudan, Khartoum, terdengar suara tembakan dan artileri berat yang menggema di seluruh kota. Konflik ini melibatkan tentara dan pasukan paramiliter yang kuat. 

Dilansir dari Al Jazeera oleh PikiranRakyat-Depok.Com, menurut dokter setidaknya 56 warga sipil telah tewas. Pertempuran sengit ini terjadi setelah Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab menyerukan untuk mengakhiri permusuhan tanpa syarat.

Saksi mata melaporkan suara tembakan artileri berat melintasi beberapa kota di Sudan, sementara siaran televisi Al Jazeera menunjukkan kepulan asap di atas ibu kota. Persatuan Dokter Sudan mengkonfirmasi bahwa 595 orang, termasuk pejuang, terluka dalam pertempuran tersebut sejak meletus pada Sabtu.

Kedua belah pihak telah bersaing untuk mendapatkan kekuasaan ketika faksi politik bernegosiasi untuk membentuk pemerintahan transisi setelah kudeta militer tahun 2021.

Baca Juga: Bansos PKH dan BPNT Cair Sebelum Lebaran 2023 di Kantor Pos, Cek Penerima di cekbansos.kemensos.go.id

Ketegangan berasal dari ketidaksepakatan antara militer, yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan RSF, yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, tentang bagaimana pasukan paramiliter harus diintegrasikan ke dalam angkatan bersenjata dan otoritas apa yang harus mengawasi proses tersebut.

Hiba Morgan, seorang wartawan Al Jazeera yang melaporkan dari Khartoum, mengungkapkan bahwa situasi di ibu kota masih sangat tegang. Warga sipil terjebak di tengah-tengah pertempuran yang terjadi di sana.

"Situasinya tampaknya tidak mengalami penurunan. Bahkan, ada pernyataan dari pihak militer yang menyatakan bahwa mereka tidak akan melakukan negosiasi dengan Pasukan Dukungan Cepat sampai pasukan tersebut dibubarkan dan pasukan pemberontak ditindaklanjuti," katanya menjelaskan.

Baca Juga: Kritik Provinsi Lampung, Berikut Profil TikToker Awbimax Rebon

Hiba juga melaporkan bahwa pertempuran di Khartoum terus terjadi di sekitar istana kepresidenan. Suara tembakan terdengar dan artileri berat digunakan.

Tidak jelas siapa yang mengendalikan istana, namun pertempuran tersebut dapat dilihat melalui siaran televisi negara. Militer mengklaim bahwa mereka mengendalikan markas besarnya dan Bandara Internasional Khartoum.

AS, Rusia, Mesir, Arab Saudi, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa dan Uni Afrika telah bersuara untuk menghentikan konflik di Sudan. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia telah berbicara dengan menteri luar negeri Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dan ketiganya "sepakat bahwa sangat penting" untuk mengakhiri pertempuran di Sudan.

Baca Juga: Lirik Lagu ‘Semata Karenamu’ oleh Mario G Klau, Dilihat Puluhan Juta Pengguna

Blinken juga mendesak Jenderal Abdel Fattah Abdelrahman al-Burhan dan Jenderal Mohamed Hamdan Degalo untuk mengambil tindakan yang aktif dalam mengurangi ketegangan dan memastikan keselamatan warga sipil.

Menurutnya, satu-satunya jalan ke depan adalah melalui negosiasi yang mendukung aspirasi demokrasi rakyat Sudan.

Pemerintah China juga menyatakan keprihatinan mereka dan mendesak semua pihak di Sudan untuk menghentikan tembakan senjata demi mencegah situasi yang semakin memburuk.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah