Menlu Fidan menegaskan, bahwa harus adanya penekanan pada denuklirisasi lengkap di wilayah tersebut atau negara-negara lain untuk meningkatkan keamanan mereka, dan menekankan urgensi untuk menemukan solusi dan masalah strategis yang kritis.
Negara-negara Muslim saat ini bersatu dalam sebuah kelompok aksi yang terdiri dari Turki, Indonesia, Nigeria, Yordania, Mesir, Qatar dan Arab Saudi.
Baca Juga: Daftar Referensi Soto di Surakarta Paling Recommended, Simak Alamat Lengkapnya
Baik Organisasi Kerjasama Islam (OKI) maupun Liga Arab memainkan peran penting dalam menangani krisis Gaza di panggung internasional.
“Turki ingin membangun koalisi dengan negara-negara Muslim dan negara-negara Arab dan kemudian memperluas solidaritasnya ke Amerika Latin, Afrika dan negara-negara lain di PBB,” katanya.
Menlu Fidan mengatakan bahwa Turki lebih memilih tindakan kolektif dengan negara-negara lain untuk memaksimalkan dampak dari tindakan mereka.
Mengenai perbedaan sikap antara Turki dan AS mengenai gencatan senjata, Fidan mengatakan bahwa mendukung gencatan senjata segera dan bantuan kemanusiaan yang tidak terputus ke Gaza.
Baca Juga: Cedera Saat Bela Timnas, Erling Haaland Diperkirakan Fit Saat Laga Manchester City vs Liverpool
Fidan menegaskan bahwa Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Hamas beroperasi sebagai partai politik dalam sistem negara Palestina dan merupakan realitas yang lahir dari kondisi pendudukan.
"Kami adalah negara yang mengakui Negara Palestina, dan bersama kami, hampir 140 negara juga mengakuinya. Oleh karena itu, kami tidak memasukkan partai-partai yang beroperasi di dalam negara manapun ke dalam klasifikasi teroris atau non-teroris," katanya.