Pemilihan Presiden Pantai Gading Berujung Ricuh, Ribuan Warga Mengungsi ke Luar Negeri

- 4 November 2020, 21:05 WIB
Ilustrasi bendera Pantai Gading.
Ilustrasi bendera Pantai Gading. /Pixabay/David_Peterson./

PR DEPOK - Bentrok terjadi antara aparat dan masyarakat yang menolak hasil pemilihan presiden (Pilpres) pada 31 Oktober 2020, informasi tersebut dilaporkan PBB saat jumpa pers.

Dampak dari bentrok tersebut, sekira sebanyak 3.200 warga Pantai Gading melarikan diri dari negaranya dan mengungsi di Liberia, Ghana, dan Togo.

Peristiwa itu disampaikan oleh Juru Bicara UNHCR, Boris Cheshirkov saat jumpa pers pada Selasa, 3 November 2020.

Baca Juga: Tak Ingin Merepotkan Pemerintah, Habib Rizieq Shihab Cari Jalan Keluar Sendiri untuk Kepulangannya

"Per 2 November 2020, lebih dari 3.200 warga Pantai Gading mengungsi di Liberia, Ghana, dan Togo. Sebagian besar pengungsi merupakan perempuan dan anak-anak dari wilayah barat dan barat daya Pantai Gading. Beberapa dari mereka merupakan eks pengungsi yang baru saja dipulangkan, tetapi terpaksa kembali melarikan diri," ucap Boris.

Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara kembali memenangkan pemilihan presiden bulan lalu dan ia pun menjabat untuk tiga periode berturut-turut.

Meskipun demikian, kalangan oposisi menolak kemenangan Ouattara dan memboikot hasil pilpres. Penolakan itu juga diiringi oleh unjuk rasa dari ribuan warga Pantai Gading yang akhirnya berujung ricuh.

Bentrok antara aparat dan massa aksi mengakibatkan setidaknya belasan orang tewas dan banyak warga luka-luka. Hal itu dikatakan Cheshirkov saat membacakan laporan terbaru UNHCR terkait situasi di Pantai Gading, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Baca Juga: Israel Semakin Khawatir Soal Hasil Pilpres AS 2020, Terlebih Jika Joe Biden Memenangkan Pertarungan

Halaman:

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x