Partai Republik Putar Otak Kumpulkan 60 Juta Dolar untuk Danai Tuntutan yang Diajukan Donald Trump

- 8 November 2020, 17:05 WIB
Petahana Partai Republik AS, Donald Trump.
Petahana Partai Republik AS, Donald Trump. /Instagram @realdonaldtrump/

PR DEPOK - Donald Trump bersikeras akan mengajukan tuntutan hukum terkait hasil pemilu Amerika Serikat (AS), yang dinilainya dibumbui kecurangan.

Petahana yang berasal dari Partai Republik itu tengah berupaya untuk menggalang dana sedikitnya 60 juta dolar AS atau setara dengan Rp852.9 miliar guna membiayai tuntutan hukum tersebut. 

Tim kampanye Donald Trump telah mengajukan sejumlah gugatan hukum di beberapa negara bagian atas penghitungan suara pemilu sebagai bentuk penolakan terhadap keunggulan suara yang diperoleh Joe Biden.

Baca Juga: Terpuruk di Bawah Donald Trump, Kini Meksiko Awali Hubungan Baru dengan AS yang Dipimpin Joe Biden

Seorang donatur untuk Partai Republik yang menerima permohonan dari tim kampanye Donald Trump dan Komite Nasional Partai Republik (RNC) mengungkapkan soal nominal tersebut.

"Mereka menginginkan 60 juta dolar," ucap seorang donatur, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Dua sumber lainnya menyebut bahwa tim kampanye Donald Trump menginginkan dana sebesar 100 juta dolar AS atau setara dengan Rp1.4 triliun untuk komite penggalangan dana bersama yang dikelola oleh tim dan RNC.

Baca Juga: Fakta-Fakta Seputar Pilpres AS, dari Trump yang Sumbang Kampanye Harris hingga Biden Gagal 2 Kali

Besaran dana tersebut menjadi tanda bahwa skala tuntutan hukum yang diajukan Donald Trump mungkin akan lebih besar.

Ketiga sumber memberikan keterangan kepada Reuters tanpa ingin disebutkan identitasnya mengingat isu ini termasuk informasi yang sensitif.

Namun hingga kini tim kampanye Donald Trump dan RNC belum memberikan komentar mereka mengenai masalah ini.

Baca Juga: Resmi Menangkan Kontestasi, Apa Saja Fasilitas yang Akan Diterima Joe Biden Selama Jadi Presiden AS?

Permohonan dana itu muncul bersamaan dengan tim kampanye Donald Trump dan juga Joe Biden yang bersiap untuk beradu kekuatan atas hasil Pilpres melalui jalur hukum.

Sejak pemungutan suara ditutup pada Selasa, 3 November 2020 malam, tim kampanye Donald Trump mulai mengirimkan surel dan pesan teks yang berisi tudingan proses pemilu yang licik serta permohonan sumbangan dana.

Donald Trump memulai kampanye dengan keuntungan finansial yang kuat, harus mengakhirinya dengan perjuangan agar dapat mengimbangi Joe Biden yang kemudian mendapatkan bantuan finansial tinggi dari penggalangan dana.

Baca Juga: Sediakan 7 Titik Pengungsian, BPBD Catat 635 Warga Magelang Mengungsi Usai Merapi Kembali Erupsi

Seorang penasihat Donald Trump, yang juga tidak ingin dibuka identitasnya, bahkan menyebut strategi perkara hukum sejauh ini sebagai suatu kekacauan, yang benar-benar berantakan serta merugikan baginya.

Penasihat tersebut mengatakan bahwa tim kampanye Donald Trump tampaknya terkejut dengan hasil penghitungan suara, dan tidak mempunyai persiapan untuk membawanya ke jalur hukum.

David Bossie, penasihat senior tim kampanye Donald Trump dan juga seorang aktivis konservatif terkemuka yang memimpin kelompok advokasi Citizens United dipilih sebagai pemimpin tim gugatan hukum pascapemilu, menurut sumber yang dekat dengan masalah tersebut.

Baca Juga: Sambut Kemenangan Joe Biden-Kamala Harris, Billie Eilish Ledek Donald Trump: Dia tak Akan Dirindukan

Bossie sebelumnya menjadi bagian dari kelompok pendukung Donald Trump yang mengajukan tuntutan hukum di Las Vegas terhadap penghitungan suara di Negara Bagian Nevada.

Sementara itu, tim kampanye Biden pada Rabu, 4 November 2020, meluncurkan "Biden Fight Fund" (Dana Perlawanan Biden) untuk bertarung di jalur hukum dengan Donald Trump.

"Presiden Trump mengancam akan menempuh jalur hukum untuk menghalangi proses tabulasi suara yang selayaknya," ujar manajer kampanye Joe Biden, Jen O'Malley Dillon, melalui surel.

Baca Juga: Masih Tak Percaya Joe Biden Menang Pilpres AS, Billie Eilish Mengaku Bahagia dan Ucap Terima Kasih

Seorang pejabat Partai Republik berkomentar mengenai langkah kandidat presiden dari partainya itu, dengan menyebut bahwa sekarang sudah waktunya Donald Trump untuk move on.

"Persaingan ini sudah selesai, dan satu-satunya orang yang tidak menyedari hal itu adalah Donald Trump," kata pejabat tersebut.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x