Cegah Tradisi Tari Panen Punah, Museum Tari Hyang Dedari Dibangun Di Bali

22 November 2019, 14:18 WIB
MUSEUM ‎Sanghyang Dedari Giri Amertha di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali /BAMBANG ARIFIANTO/PR/

DEPOK, (PR).- Universitas Indonesia bekerjasama dengan masyarakat adat Geriana Kauh ‎mendirikan Museum ‎Sanghyang Dedari Giri Amertha di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali, Selasa 12 November 2019 lalu. Museum didirikan sebagai upaya mencegah punahnya tradisi ritual tarian panen di wilayah Bali.

Pendirian museum digagas tim pengabdian masyarakat Fakultas Ilmu Budaya UI, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI (DRPM UI) serta Masyarakat Adat Geriana Kauh. Tim FIB UI terdiri atas Dosen Filsafat FIB UI Dr. LG Saraswati Putri dan Dosen Arkeologi FIB UI Dr. Ali Akbar, S.S‎ M.Hum. Peresmian dihadiri oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumantri ; Kasubdit Riset RPM UI Dede Djuhana, Dekan FIB UI Adrianus L.G Woworuntu, serta Ketua Desa Adat Nyoman Subratha.

Pendirian museum ini didasarkan atas semangat tim Pengmas FIB UI yang didukung sepenuhnya atas antuasias masyarakat untuk mencegah punahnya tradisi ritual tarian panen di wilayah Bali. Diharapkan, pendirian museum berbasis komunitas yang diharapkan dapat menjadi wadah dokumentasi serta pelestarian Tari Sang Hyang Dedari, lontar dan kebudayaan lain bagi masyarakat setempat maupun turis lokal dan mancanaegara.

Museum dengan luas bangunan berkisar 100 meter persegi ini berdiri di tengah Desa Adat Geriana Kauh yang asri, hijau dan sarat akan budaya. Desa setempat dikenal sebagai desa dengan sawah padi organik yang memiliki daya tarik wisatawan. Museum tersebut akan menjadi pusat dokumentasi Tari Sang Hyang Dedari baik itu foto, tulisan, maupun tayangan audio visual serta lontar berisi nyanyian Tari Sang Hyang Dedari.

Pendirian Museum telah dimulai pada 30 Oktober 2016 dan fisik museum telah tuntas diselesaikan pada akhir November 2018. Pengerjaan Museum sempat terhenti akibat diterpa bencana meletusnya Gunung Agung pada September 2017. Namun, bangunan tetap berdiri kokoh dan penataan interior serta diorama yang menampilkan Tarian Sang Hyang Dedari dan kebudayaan lainnya tetap dilanjutkan.

Warisan Budaya Tak Benda Dunia

Tari Sang Hyang Dedari merupakan tarian sakral yang telah ditetapkan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia.

Saat ini, Desa Adat Geriana Kauh menjadi satu-satunya Desa di Bali yang secara konsisten menjalankan praktik ritual tari menyambut panen. Tarian ini melibatkan anak-anak perempuan ‎sebagai penari, komunitas penyanyi gending, dan seluruh masyarakat desa untuk mempersiapkan ritual persembahan lainnya.

“Di tengah dinamika globalisasi yang menjadikan sebagian wajah Bali sebagai kota metropolitan, kami memiliki kekhawatiran bahwa tarian Sang Hyang Dedari akan terancam punah," Saraswati dalam keterangan tertulis Humas UI, Selasa malam.

Saraswati dan tim telah terjun langsung ke desa ddat tersebut sejak 2016 gunna memahami, berafeksi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.“Kami melihat bahwa masyarakat Desa.

Adat Geriana Kauh menyadari akan pentingnya melestarikan warisan budaya leluhur mereka. Untuk itu, kami menggagas pendirian museum ini sehingga dapat menopang keberadaan tari Sang Hyang Dedari," katanya.

Usai peluncuran, museum akan diserahkan kepada masyarakat agar bangunan menjadi milik komunitas yang nantinya‎ dijalankan bagi kepentingan warga desa.

"Kami mengarahkan warga adat setempat untuk dapat mempertahankan tradisi mereka sehingga ke depannya diharapkan Desa Adat Geriana Kauh dapat menjadi pusat ekowisata desa," ujarnya.

Tidak hanya membangun dan mengisi museum, Tim Pengmas FIB UI juga turut meningkatkan kapasitas masyarakat dengan memberikan edukasi pengelolaan museum agar masyarakat setempat dapat menjalankan kegiatan operasional museum secara swadaya dan profesional.

Selain itu, Tim Pengmas juga membagikan ilmu mitigasi bencana. Pengetahuan itu menjadi penting mengingat Desa Adat Geriana Kauh berlokasi di kawasan rawan bencana, khususnya dari ancaman lahar serta awan panas letusan api Gunung Agung.***

Editor: Ari Nursanti

Tags

Terkini

Terpopuler