Cerita di Balik Nama Kecamatan dan Kelurahan yang Ada di Kota Depok

17 Januari 2023, 12:26 WIB
Logo Kota Depok. /Pemkot./

PR DEPOK - Penamaan tempat di suatu daerah atau negara dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti dari segi cerita rakyat (legenda), segi historis, dan segi linguistik.

Legenda merupakan cerita rakyat yang menceritakan tokoh terkenal pada masanya. Legenda mengenai suatu tempat atau daerah banyak dijumpai di berbagai wilayah dan suku bangsa yang ada di Indonesia.

Selain dilihat dari segi legenda, toponimi atau sistem penamaan daerah di setiap wilayah, dapat pula dilihat dari berbagai versi dan cara, antara lain, dari segi linguistik dan historis.

Dalam artikel ini Anda akan disajikan sekilas mengenai Toponimi Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kota Depok, Jawa Barat.

Baca Juga: Margonda Nama Pusat Kota Depok yang Ternyata Pejuang Asli Cimahi

Kota Depok sendiri dalam bahasa Sunda bermakna kampung atau bertapa. Oleh karena itu, muncul istilah padepokan yang bermakna perkampungan atau pertapaan. Namun, apa makna Depok sendiri masih belum jelas.

Berdasarkan data sekunder yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok, dengan cara Peta Isogloss (garis pada peta yang memisahkan daerah-daerah yang berbeda dalam beberapa sifat-sifat bahasa), yang bisa terjadi karena pemilihan penamaan berdasarkan asal-usul bahasa (Etimologi), seperti dominan penggunaan bahasa Sunda dan Indonesia, juga pilihan penamaan berdasar penamaan lokal.

Berikut Toponimi Nama Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kota Depok:

1. Kecamatan Beji

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Nongkrong di Depok, Cocok untuk Ngopi Bareng Sahabat

Nama Kecamatan Beji, diambil dari nama seseorang yaitu, Buyut Beji. Merupakan ulama besar yang berasal dari Banten.

2. Kecamatan Pancoran Mas

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.

Pancoran Mas merupakan Situs Pancuran berkepala Emas, yang kemudian diganti menjadi Kuningan pada jaman Jepang dan sekarang sudah tidak ada lagi. Kemudian untuk nama Rangkapan Jaya yang dasar penamaannya masih belum diketahui.

3. Kecamatan Cipayung

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.

Baca Juga: Asal Nama Depok dan Sejarah di Balik Kota Belimbing

Nama Cipayung merupakan nama Sungai, namun apa yang dimaksud dengan payung masih belum diketahui secara pasti.

4. Kecamatan Sukmajaya

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.

Sukmajaya merupakan nama dari seorang tokoh ulama penyebar agama Islam bernama Raden Sukma Jaya.

5. Kecamatan Cilodong

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.

Cilodong adalah nama sungai dan kata Lodong berasal dari bahasa Sunda yang artinya Bambu.

Baca Juga: Mengenal Tole Iskandar, Sosok Pejuang Lokal Depok yang Jatuhkan Pesawat Belanda

6. Kecamatan Limo

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.

Limo memiliki makna lima dalam bahasa Indonesia atau dalam pelafalan Limau dalam bahasa Betawi.

7. Kecamatan Cinere

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.

Cinere, sebelumnya memiliki nama Tjikanyere atau Tjingerek.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Restoran All You Can Eat di Depok, Ada yang di Bawah Rp100.000

Kata Cinere mungkin sepintas seperti nama sungai dalam bahasa Sunda, tetapi ada sumber yang menyatakan bahwa nama tersebut merupakan akronim dari kata Cina dan Kere (bahasa Jawa) yang artinya tempat etnis Tionghoa yang miskin.

8. Kecamatan Cimanggis

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.

Kata Cimanggis merupakan nama sungai dalam bahasa Sunda yang bercirikan dengan pohon buah manggis.

Sejarah Cimanggis tidak terlepas dari sejarah Buitenzorg (Kota Bogor), karena dahulu wilayah ini merupakan bagian dari Kawedanan Jonggol dan pembantu Kawedanan Cibinong. Pembentukan Kecamatan Cimanggis seiring dengan penetapan kawasan Depok menjadi Kota Administratif.

Baca Juga: 6 Lokasi Putaran atau U-Turn di Kawasan GDC Depok yang Bakal Ditutup per 25 Januari 2023

9. Kecamatan Tapos

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.

Tapos merupakan nama pohon dalam bahasa Latin.

10. Kecamatan Sawangan

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.

Sawangan berasal dari kata bahasa Sunda yang artinya tempat melihat. Hal ini mungkin karena pada masa lalu, Sawangan posisinya lebih tinggi dari tempat-tempat di sekitarnya, sehingga bisa dijadikan tempat melihat di sekelilingnya.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Kuliner Populer di Depok, Nomor 3 Sediakan Menu Masakan Khas Korea

11. Kecamatan Bojongsari

Meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.

Kata Bojongsari dalam bahasa Sunda yang memiliki arti suatu tempat untuk sari, bibit, atau inti.

Masyarakat Kota Depok lebih banyak memberikan nama Kelurahan atas dasar fenomena fisik geografis (28,6 persen), atas dasar biodiversiti khususnya Flora (22,2 persen), fenomena sosial (23,8 persen).

Data: 18 Kelurahan (fisik geografis), 14 Kelurahan (Flora), 15 Kelurahan (Sosial), dan 16 Kelurahan (lain-lain).

Baca Juga: Tak Tinggal Diam, Dua Solusi Pemkot Depok untuk Trotoar Jalan Margonda

Dari data persebaran menurut kategori yang dipakai untuk pengujian pada kenyataan secara umum indikasinya yaitu, nama-nama tempat yang terkait dengan fenomena hidrologis secara keruangan berdekatan atau ada sungai di sekitarnya (penamaan tempat berdasarkan dengan sungai yang ada).

Penggunaan nama flora secara analogi di daerah lain menunjukkan dominasi asal flora (12-13 jenis) di tempat tersebut dengan perlu adanya pembuktian survei dominasi tumbuhan lebih lanjut, misal Kokosan (sejenis duku), Pinang (Jambe Siji akronim dari Beji, Bahasa Jawa), Manggis, Salak, Kemiri, Durian, Nangka, Tapos, Jati, Terong, Bambu (Lodong), Limau, dan Kedaung (Kedawung).

Berdasar sosial ada bagian tempat di Kota Depok yang menunjukkan pengelompokan nama kelurahan atas dasar fenomena sosial seperti Kecamatan Sukma Jaya, yang mana nama Kecamatan Sukma Jaya merupakan bentuk penghargaan atas Jasa Raden Sukma Jaya dan Kelurahan di sekitarnya mengindikasikan keragaman penamaan sosial seperti Ratu Jaya (Ratu Maimunah), Beji (Buyut Beji dari Banten), dan nama-nama kelurahan yang kata akhirnya Jaya, Mulya. Disinyalir, dari sinilah asal-muasal kata Padepokan (dan ada yang menafsirkan petapaan), sebelum masa kolonial.***

Editor: Rahmi Nurfajriani

Tags

Terkini

Terpopuler