Asal Nama Depok dan Sejarah di Balik Kota Belimbing

- 13 Januari 2023, 14:38 WIB
Alun-alun Kota Depok./
Alun-alun Kota Depok./ /

PR DEPOK – Warga Depok, tahukah Anda jika nama kota tempat kita tinggal ini memiliki sejarah penamaan yang menarik?

Tidak hanya Kota Depok saja, tetapi berbagi kota lain pun memiliki asal usul nama yang sama-sama menarik pula untuk diketahui.

Lalu, bagaimana awal mula kata Depok berasal, berikut PikiranRakyat-Depok.com uraiankan.

Meski Kota Depok masuk dalam wilayah Provinsi Jawa barat yang dikenal dengan Bahasa Sundanya sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, namun bisa dibilang warga Depok justru lebih mirip dengan warga Jakarta, yang menggunakan Bahasa Betawi dalam kesehariannya.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Kuliner Populer di Depok, Nomor 3 Sediakan Menu Masakan Khas Korea

Kata “Depok” dalam Bahasa Sunda memiliki arti ‘kampung’ dan ‘bertapa’. Oleh sebab itu, muncul kata padepokan yang bermakna ‘perkampungan‘ atau ‘pertapaan‘.

Wilayah Kota Depok pada awalnya hanyalah hamparan perkebunan dan semak-semak belantara yang bernama Kampung Bojong.

Dulunya hanya sebagai tempat transit pedagang-pedagang Tionghoa yang hendak menjajakan dagangannya. Seiring berjalannya waktu menjadi pemukiman, yang disebut Pondok Cina.

Bagi Anda yang pernah atau mungkin masih berkuliah di Depok dan biasa menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) sebagai moda transportasi pasti tidak asing dengan nama Pondok Cina ini. Letaknya yang berada di perbatasan Depok dan Jakarta Selatan, Pondok Cina termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Beji Kota Depok.

Baca Juga: Tak Tinggal Diam, Dua Solusi Pemkot Depok untuk Trotoar Jalan Margonda

Para mahasiswa yang mengenyam pendidikan di sekitar Margonda, Stasiun Pondok Cina merupakan salah satu stasiun ideal untuk berhenti, karena jarak tempuhnya yang tidak begitu jauh dengan kampus-kampus yang ada di sepanjang Margonda Raya.

Namun mungkin banyak di antara kita yang masih belum mengetahui fakta di balik nama Pondok Cina itu sendiri.

Dicerita bahwa mulanya Depok merupakan sebuah dusun terpencil di tengah hutan belantara dan semak belukar. Pada 18 Mei 1696, seorang pejabat tinggi eks-VOC bernama Cornelis Chastelein membeli tanah yang meliputi daerah Depok serta sedikit wilayah Jakarta Selatan, Ratujaya, dan Bojonggede, seharga 700 ringgit.

Status tanah itu adalah tanah partikelir atau terlepas dari kekuasaan Hindia Belanda kala itu. Di sana lah ditempatkan budak-budak dan pengikutnya bersama penduduk asli.

Baca Juga: ARMY! BTS Yet to Come in Cinemas di CGV Depok Mall dan Depok Town Square Cinepolis, Ini Harga Tiketnya

Pada tahun 1871, Pemerintahan Belanda menjadikan daerah Depok sebagai daerah yang memiliki pemerintahan sendiri (otonom), yang lepas dari pengaruh dan campur tangan dari luar. Daerah otonomi Chastelein ini dikenal dengan sebutan Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok.

Pada era kemerdekaan Depok ini kemudian menjadi sebuah kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan atau Pembantu Bupati wilayah Parung Kabupaten Bogor. Sebagai daerah baru, Depok menarik minat para pedagang Tionghoa untuk berjualan di sana.

Cornelis Chastelein pun akhirnya membuat peraturan bahwa orang-orang China dilarang tinggal di Depok. Mereka hanya diperbolehkan berdagang, tapi tidak boleh menetap/tinggal. Hal tersebut tentu menyulitkan mereka, mengingat pada saat itu perjalanan dari Depok ke Jakarta bisa memakan waktu hingga setengah hari lamanya.

Baca Juga: 6 Lokasi Putaran atau U-Turn di Kawasan GDC Depok yang Bakal Ditutup per 25 Januari 2023

Untuk memudahkan transportasi, para pedagang tersebut membuat tempat transit di luar wilayah Depok bernama Kampung Bojong. Di sana, mereka mendirikan pondok-pondok sederhana untuk berkumpul, yang akhirnya disebut Kampung Pondok Cina.

Hal tersebut seolah dimudahkan lantaran di daerah tersebut secara kebetulan ada seorang tuan tanah keturunan Tionghoa.

Sehingga, mereka semua ditampung dan dibiarkan mendirikan pondok di sekitar tanah miliknya. Lalu saat menjelang subuh, para pedagang keturunan Tionghoa tersebut bersiap untuk berangkat ke pasar Depok.

Diceritakan, Pondok Cina pada zaman dahulu berupa hutan karet dan hamparan sawah dengan hanya 5 kepala keluarga keturunan Tionghoa saja yang tinggal di sana.

Baca Juga: Pendaftaran Duta Baca Kota Depok Sudah Dibuka, Segera Daftarkan Diri Anda

Selain berdagang, beberapa lainnya bekerja sebagai petani di sawah miliknya. Sebagian lagi bekerja di ladang kebun karet milik tuan tanah orang-orang Belanda kala itu.

Kota Depok yang dahulu merupakan kota administratif, dikenal sebagai penyangga ibu kota. Sebagian besar para penghuni yang mendiami wilayah Depok berasal dari Jakarta. Tidak heran jika dahulu pernah muncul pemeo singkatan Depok, yaitu Daerah Elit Pemukiman Orang Kota.***

Editor: Rahmi Nurfajriani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah