PR DEPOK - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Ahmad Basarah turut menanggapi soal Bipang Ambawang yang diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam tanggapannya, Ahmad Basarah justru meminta masyarakat untuk lebih menyimak lagi soal pernyataan Presiden Jokowi dalam video.
Apabila masyarakat menyimak dalam video tersebut, menurut dia, akan tampak bahwa Presiden Jokowi menyampaikan Bipang Ambawang itu dalam konteks mencintai dan mempromosikan produk lokal Indonesia yang bisa dipesan secara online.
"Pernyataan Jokowi itu diperuntukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang beragam yang terdiri dari berbagai agama, suku, golongan, yang tersebar di seluruh Indonesia," kata Ahmad Basarah.
Oleh sebab itu, dia menilai bahwa Presiden Jokowi secara khusus tidak sedang mempromosikan Bipang Ambawang yang berasal dari Kalimantan Barat (Kalbar) tersebut.
Hal tersebut, dikatakan Ahmad Basarah, terlihat dari Presiden Jokowi yang juga menyebut sampel kuliner bangsa sendiri secara acak seperti gudeng Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, yang hanya tinggal dipesan secara online.
"Kita belum tahu persis apa itu makanan Bipang Ambawang. Ada yang menyebut babi panggang. Namun, Jubir Presiden Fadjroel Rahman menyebut Bipang adalah sejenis kue beras dari Kalimantan," tuturnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari situs resmi MPR.
Ahmad Basarah pun menyebutkan bahwa Presiden Jokowi merupakan seorang penganut Islam yang baik, yang pernah melaksanakan rukun Islam kelima ke Makkah.
"Karena itu saya yakin tidak mungkin sebagai Muslim yang baik, Presiden sengaja mengajak umat Islam di RI untuk memakan makanan yang diharamkan umat Islam, jika benar Binar Ambawang adalah babi panggang," ucapnya.
Untuk itu, politisi PDIP ini meminta masyarakat tidak meragukan kesilaman Jokowi, yang pernah mengeluarkan Keppres Nomor 22 tahun 2015 tentang hari Santri pada 22 Oktober.
"Harap dicatat bahwa Jokowi adalah Presiden untuk semua suku bangsa RI sekaligus Presiden bagi semua umat beragama yang hidup di negara Pancasila," ucapnya.
"Mari berpikir lebih luas dan jernih, jangan gampang termakan oleh provokasi yang ingin memecah belah antara pemerintah dengan rakyatnya," kata Ahmad Basarah menambahkan.***