Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan: Merenungkan Duka yang Tak Terlupakan

2 Oktober 2023, 06:11 WIB
Pemkot Malang mengekspresikan rasa empati, prihatin, dan duka cita mendalam terhadap Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022.* /Wina Setyawatie

PR DEPOK - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mengekspresikan rasa empati, prihatin, dan duka cita mendalam terhadap Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022.

 

Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM selaku Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, mengungkapkan perasaannya saat menghadiri malam renungan dan doa bersama untuk memperingati satu tahun Tragedi Kanjuruhan, Sabtu malam, 30 September 2023.

Wahyu Hidayat, Pj Wali Kota Malang, mengungkapkan betapa terasa kepedihan saat berada di lokasi saat kejadian. Ia merasakan secara langsung betapa menderitanya korban, dan pada saat itu, kata-kata tak bisa diucapkan. Malam itu, mereka berkumpul untuk mendoakan saudara-saudara Aremania yang telah pergi.

Gelar doa bersama ini diinisiasi oleh Curva Sud Arema dan diadakan di ujung Jalan Diponegoro, kawasan Patimura Kota Malang. Curva Sud, yang berasal dari bahasa Italia, memiliki arti pasukan tribun selatan. Komunitas Aremania Curva Sud selalu mengisi tribun selatan atau berada di belakang gawang.

Baca Juga: Mengenal Egg Freezing untuk Mempertahankan Kesuburan, Ketahui Risiko dan Efek Sampingnya

Doa bersama ini diikuti oleh seluruh elemen masyarakat dan tokoh lintas agama. Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, pada pagi hari Minggu, 1 Oktober 2023, berbagai kegiatan sosial akan dilaksanakan, termasuk khitan massal, santunan kepada yatim piatu, donor darah, dan pengobatan gratis.

Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, didampingi oleh beberapa Pimpinan Perangkat Daerah di lingkungan Pemkot Malang turut hadir dalam doa bersama Curva Sud Arema.

 

Setahun setelah Tragedi Kanjuruhan, korban yang selamat dan keluarga yang ditinggalkan masih mengalami duka mendalam. Mereka terus berjuang mencari keadilan.

Devi Athok Yulfitri, yang kehilangan kedua anaknya dan mantan istrinya, mengaku sering mendapat ancaman dan bahkan hampir menjadi korban percobaan pembunuhan karena memperjuangkan keadilan.

Baca Juga: Mudah! Cara Daftar Pelatihan Prakerja di Skillhub Kemnaker

Warga lain, Cholifatul Nur, juga mengalami ancaman. Mobilnya dilumuri oli dan stempet, yang diduga untuk mencelakainya. Ifa, panggilan akrabnya, kehilangan anak semata wayangnya.

Kedua keluarga korban, Cholifatul Nur dan Devi Athok Yulfitri, terus bersuara tentang pentingnya keadilan. Mereka menuntut hukuman berat bagi para pelaku.

 

Kehilangan anak mereka telah mengubah hidup mereka sepenuhnya. Mereka berziarah di makam anak-anak mereka setiap hari, menanam berbagai jenis bunga di atasnya.

Makam Jovan Farellino Yuseifa Pratama Putra terlihat indah dengan berbagai jenis bunga yang ditanam di atasnya, sesuai dengan keinginan almarhum.

Baca Juga: Info Cair Sekarang! PKH Tahap 4 Oktober 2023: Cek Jadwal dan Penerimanya

Tragedi Kanjuruhan tetap menyisakan luka mendalam bagi mereka yang terlibat. Mereka terus berjuang untuk keadilan, meskipun setahun telah berlalu sejak peristiwa tragis tersebut.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Tags

Terkini

Terpopuler