Kebesaran Arsitektur dan Sejarah Masjid Agung Banten: Simbol Keagungan Islam yang Melintasi Budaya

26 Maret 2024, 21:05 WIB
Mengenal sejarah Masjid Agung Banten menjadi kebesaran dan simbol keagungan Islam yang melintasi budaya.* /Tangkap layar/YouTube Dokumenter Sultan Hasanudin Banten

PR DEPOK - Perkembangan Islam di Banten dibarengi dengan pembangunan kerajaan yang memiliki empat komponen utama. Pertama, terdapat istana sebagai pusat pemerintahan dan kediaman raja-raja.

Kedua, masjid agung sebagai pusat peribadatan. Ketiga, alun-alun yang menjadi pusat kegiatan rakyat. Dan keempat, pasar yang menjadi pusat kegiatan ekonomi.

Salah satu contoh kebesaran Islam di Banten adalah Masjid Agung Banten yang berdiri sejak tahun 1566 M ketika Maulana Hasanuddin menjadi Sultan Banten pertama pada periode 1552-1570.

Masjid ini merupakan bagian penting dari warisan kesultanan Banten yang masih tegak berdiri hingga saat ini. Dalam arsitekturnya, Masjid Agung Banten menggabungkan gaya arsitektur Jawa, Cina, dan Eropa, menciptakan sebuah bangunan yang unik dan indah.

Baca Juga: 3 Ide Menu Buka Puasa dan Sahur Simple, Rasanya Enak dan Bergizi Bikin Ketagihan!

Masjid ini berbentuk segi empat, dengan atap bersusun lima yang dilengkapi dengan serambi di bagian kiri dan kanan.

Di dalam serambi kiri, terdapat makam-makam beberapa sultan Banten dan keluarganya, sementara di dalam serambi kanan juga terdapat makam-makam lainnya dari para sultan dan keluarga mereka.

Salah satu ciri khas yang menarik dari masjid ini adalah tangga yang memiliki model menyerupai goa, yang menurut sejarahnya dibangun dengan bantuan seorang arsitek asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.

 Di sisi timur masjid terdapat sebuah menara setinggi sekitar 30 meter dengan diameter pangkal sekitar 10 meter. Menara ini dulunya tidak hanya digunakan untuk mengumandangkan azan tetapi juga sebagai pos pengawas untuk melihat perairan laut.

Baca Juga: Ketua MUI Melarang Film 'Kiblat' Tayang di Bioskop, Ada Unsur Penistaan Agama?

Konon, menara ini dibangun pada masa kekuasaan Sultan Haji pada tahun 1620 oleh seorang arsitek Belanda, Hendrik Lucazoon Cardeel, yang kemudian memeluk Islam dan dianugerahi gelar Pangeran Wiraguna.

Bagian dalam menara ini memiliki tangga yang melingkari bagian dalam menara dengan lorong yang sempit, hanya cukup untuk dilewati oleh satu orang saja. Dari puncak menara ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan sekitar termasuk lautan lepas dengan perahu nelayan yang berlabuh di pantai Banten.

Di bagian selatan masjid terdapat sebuah bangunan bernama Tiyamah, yang merupakan bangunan berbentuk segiempat panjang dan bertingkat.

Bangunan ini memiliki gaya arsitektur Belanda klasik dan didesain oleh Hendrik Lucazoon Cardeel. Dahulu, bangunan ini digunakan untuk musyawarah dan diskusi tentang masalah keagamaan.

Baca Juga: 7 Mie Ayam Paling Maknyus di Bintaro, Pesanggrahan yang Sayang Kalo Gak Dicoba, Lihat Alamatnya

Islam memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan budaya Kesultanan Banten. Namun, kesultanan juga mengakomodasi keberagaman agama dengan adanya klenteng sebagai pusat peribadatan bagi etnis Cina. Masjid Agung Banten sendiri merupakan simbol keagamaan Islam yang dipadukan dengan unsur budaya Barat dan Cina dalam arsitekturnya.

Dengan perpaduan tersebut, Masjid Agung Banten menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi, terutama pada hari-hari libur dan hari besar umat Islam. Pembangunannya melibatkan tiga arsitek dari berbagai negara, yang masing-masing membawa pengaruh khas dari budaya mereka sendiri.

Raden Sepat dari Majapahit, Tjek Ban Tjut dari Cina, dan Hendrik Lucaz Cardeel dari Belanda, semuanya berkontribusi dalam menciptakan kebesaran arsitektur Masjid Agung Banten.

Dengan keberadaannya yang menjadi pusat wisata religi, sejarah, pendidikan, dan budaya, Masjid Agung Banten tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga sebagai tempat untuk memperdalam pemahaman akan sejarah dan budaya bangsa.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Tempat Wisata Terbaru yang Hits di Blitar, Cocok Jadi Pilihan Libur Lebaran 2024

Hal ini menunjukkan bahwa masjid tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai wadah untuk mengenang dan menghargai warisan budaya dan sejarah.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Tags

Terkini

Terpopuler