Menurutnya, konfrontasi berlatar belakang agama memang paling gampang diciptakan untuk menimbulkan konflik ideologi.
"Dimana ada war (perang) disitu ideologi turut campur supaya mengental, ideologi agama paling mudah mengental. Pemerintah yang gagal paham itu, justru membiarkan masyarakat kita saling mengintai," ungkapnya.
Kondisi inilah yang dikhawatirkan oleh pendiri Setara Institute ini akan masuk ke Indonesia, dimana masyarakat sedang peka-pekanya soal keadilan.
"Jadi kalau api itu menyambar ke Indonesia, itu bukan karena agama tapi karena keadilan sosial terutama di bidang ekonomi dan fakta itu akan dihubungkan bahwa ada minoritas yang menguasai kapital, ada mayoritas yang tercecer dari keadilan," jelasnya.
Rocky Gerung juga menuturkan jika dalam UUD 1945 disebutkan bahwa masyarakat Indonesia diminta untuk membela negara yang teraniaya, karena kita juga pernah mengalami imperialisme.
"Karena itu, kita (seharusnya) membela Palestina, bukan karena Palestina muslim tetapi dia ada dalam posisi teraniaya dan kita sebagai bangsa yang pernah teraniaya menganggap itu sebagai pekerjaan etis dan itu pesan konstitusi," tuturnya.
Rocky Gerung lantas mengkritik pemerintah saat ini yang tidak mampu membuat proyeksi potensi konflik di Timur Tengah, padahal dahulu Indonesia selalu memiliki peran penting di wilayah tersebut.
Baca Juga: Korban Terus Berjatuhan Termasuk Anak-anak Palestina, Presiden Jokowi Komunikasi dengan 6 Negara
"Indonesia selalu berperan di konflik Timur Tengah, karena Indonesia dianggap mampu menyumbang pada perdamaian, karena itu juga profil International kita kuat sekali waktu itu Jaman Pak Harto, Habibie sampai SBY kita masih kirim pasukan perdamaian ke sana, karena kita masih dianggap," katanya.