Bandingkan dengan BEM UI yang Kritik Jokowi dengan Meme, Ali Syarief: di Kendari Memblokir Kedatangan Presiden

- 1 Juli 2021, 20:20 WIB
Akademisi Cross Culture Institute, Ali Syarief.
Akademisi Cross Culture Institute, Ali Syarief. /YouTube Ali Syarief-Cross Culture Institute-Hippo

PR DEPOK - Akademisi Cross Culture Institute, 

BEM UI mengkritik Presiden Jokowi dengan julukan "The King of Lip Service" karena menganggap selama ini presiden hanya mengobral janji manis.

Kritikan tersebut tampak terlihat di akun Instagram @bemui_official, dengan foto Presiden Jokowi yang diedit dengan mahkota di kepalanya.

Ali Syarief membandingkan mahasiswa di Jakarta dengan mahasiswa di Sulawesi. Ia menegaskan kalau mahasiswa Sulawesi tidak diragukan lagi keberaniannya.

Baca Juga: PPKM Darurat Jawa dan Bali, Luhut Pastikan Bansos untuk Masyarakat Bakal Digulirkan Lagi

Ia mengungkapkan bahwa di Jakarta mahasiswa mengkritik presiden dengan pasang meme, tetapi di Kendari, Sulawesi, mahasiswa berani memblokir kedatangan presiden.

Ali Syarief menyampaikan hal tersebut melalui akun Twitter pribadinya @alisyarief, pada Kamis, 1 Juli 2021.

"Kalau Mahasiswa se Sulawesi, sy tidak meragukan lagi soal keberaniannya. Di Jkt baru pasang meme, di Kendari memblokir kedatangan Presiden," ujar Ali Syarief, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.

Cuitan Ali Syarief.
Cuitan Ali Syarief.

Diketahui, atas kritikan BEM UI tersebut, Presiden Jokowi telah merespon dalam sesi wawancara di Istana Merdeka, Jakarta, yang tayang di kanal YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, pada Selasa, 29 Juni 2021.

"Ya, itu 'kan sudah sejak lama, ya. Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo, kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter. Kemudian ada juga yang ngomong saya ini 'bebek lumpuh' dan baru-baru ini, saya ini bapak bipang, dan terakhir ada yang menyampaikan the king of lip service," ujar Presiden Jokowi.

Selain itu, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya tata krama dan kesopansantunan, termasuk dalam mengekspresikan pendapat.

"Tapi ingat kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan. Ya, saya kira biasa saja, mungkin mereka sedang belajar mengekspresiakan pendapat. Tapi yang saat ini penting kita semuanya memang bersama-sama fokus untuk penanganan pandemi Covid-19," kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi juga telah mengatakan bahwa kritik terhadap dirinya itu sebuah bentuk ekspresi mahasiswa, dan di negara demokrasi tentu boleh-boleh saja dilakukan.***

Editor: Muhamad Gilang Priyatna

Sumber: Twitter @alisyarief


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah