PR DEPOK - Imam Besar Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali, menanggapi pengakuan Krisdayanti terkait modal ketika ia maju menjadi caleg.
Shamsi Ali menyoroti pernyataan Krisdayanti yang mengaku hanya bermodal Rp3 miliar untuk menjadi calon legislatif.
Mendengar pengakuan Krisdayanti ini, Shamsi Ali mengaku heran lantaran menjadi anggota DPR seolah menjadi bisnis.
"Emangnya jadi anggota DPR itu bisnis ya?" katanya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter pribadinya @ShamsiAli2.
Diberitakan sebelumnya, penyanyi sekaligus anggota DPR, Krisdayanti, menyebutkan bahwa modalnya untuk bisa menjadi caleg tidaklah mahal.
Kala itu, wanita yang akrab disapa KD ini mengeluarkan Rp3 miliar untuk menjadi caleg, dan menurutnya jumlah tersebut terbilang modal yang murah.
Baca Juga: Jadwal Acara di Trans TV Sabtu, 18 September 2021, Jangan Lewatkan Janji Suci Raffi & Gigi
Pengakuan ini ia lontarkan saat sedang berdialog dengan Akbar Faizal.
Ia mengaku menghabiskan uang Rp3 miliar ketika kampanye di Dapil V Jawa Timur.
"Rp3 miliar, sekitar itu," ujarnya.
Menurut KD, jika dibandingkan dengan rekan yang lain yang juga berkampanye, jumlah Rp3 miliar itu masih terbilang sedikit.
Bahkan, katanya melanjutkan, teman-temannya sempat tidak setuju dengan modal KD yang dinilai terlalu sedikit itu.
"Kadang teman-teman lain pada enggak setuju, 'Kok cuma segitu'," tuturnya menambahkan.
Lebih lanjut, istri Raul Lemos itu mengatakan bahwa ia sudah dikenal oleh masyarakat di dapilnya sebagai penyanyi.
Oleh karena itu, ia tidak membutuhkan banyak uang untuk berkampanye, dan hanya perlu membeli speaker kecil dan toa.
Untuk diketahui, nama Krisdayanti saat ini memang tengah menjadi sorotan publik.
KD mulai menjadi sorotan usai pengakuannya soal gaji fantastis anggota DPR yang mencapai miliaran rupiah dalam satu tahun.
Mantan istri Anang Hermansyah itu bahkan sampai dipanggill oleh Fraksi PDIP gara-gara hebohnya pengakuan soal gaji anggota DPR tersebut.
Ia diminta untuk tidak lagi membuat pernyataan yang berpotensi menjadi kegaduhan.***