Menurut data UNESCO di tahun 2002 hanya 87,9 persen orang dewasa Indonesia yang memiliki minat baca.
Angka tersebut termasuk rendah jika melihat negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia 88,7 persen, Vietnam 90,3 persen, dan Thailand 92,6 persen.
Untuk diketahui, Indonesia hanya mencetak rata-rata 18.000 buku pertahunnya, angka tersebut masih jauh jika dibandingkan oleh JePang dan China yang mampu mencetak 40.000 dan 140.000 judul buku.
Abdul Malik Fadjar sadar bahwa membaca adalah salah satu cara untuk mengembangkan literasi untuk modal membangun negara.
Itulah mengapa ia mendirikan Hari Buku Nasional untuk memberikan dukungan untuk merevitalisasi industri buku nasional yang tertinggal.
Baca Juga: Ramalan Mingguan Shio Kuda, Kambing, dan Monyet 15–21 Mei 2023: Siap untuk Mewujudkan Impian
Untuk merayakan Hari Buku Nasional seseorang yang mengoleksi buku atau yang suka membaca akan membeli buku baru atau membaca ulang buku yang dimiliki.
Selain itu bisa juga mengunjungi perpustakaan umum terdekat di kota dan bisa juga mendonasikan buku ke taman bacaan, sekolah, dan teman yang membutuhkan.
Itulah sejarah singkat Hari Buku Nasional atau Harbuknas yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca penduduk Indonesia.***